• Rabu, 24 April 2024

Duterte Kunjungi Israel, Pengakuan Akan Yerusalem Sebagai Ibu Kota?

Sabtu, 01 September 2018 - 21.15 WIB
48

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Ketika Rodrigo Duterte menjalani kunjungan pertama ke Israel sebagai presiden Filipina pekan depan, pejabat kedua negara akan coba mengabaikan isu rekam jejak Duterte dalam menggunakan kekerasan, dan lebih mengedepankan isu hubungan militer dan komersial kedua negara.

Israel menganggap kunjungan empat hari oleh Duterte dan menteri-menterinya sebagai kesempatan untuk berterima kasih kepada Filipina karena menyelamatkan kaum Yahudi saat Holocaust terjadi serta mendukung kemerdekaan Israel.

Pariwisata, isu ketenagakerjaan dan pertahanan juga termasuk ke dalam agenda pembahasan, serta isu peningkatan hubungan Filipina-Israel, dua negara yang punya kedekatan dengan Amerika.

Hanya saja, pemerintah Israel menyatakan bahwa mayoritas kunjungan akan tertutup untuk media. Langkah ini dianggap sebagai bentuk antisipasi untuk seorang presiden yang taktik dan retorika dalam memimpinnya sering kali menimbulkan kericuhan di luar dan dalam negeri.

Beberapa ahli Israel juga mencemaskan rencana Duterte untuk menghadiri acara penghormatan korban Holocaust.

Pada 2016, dalam sebuah konferensi pers untuk menjawab kritikan bahwa dirinya bisa menjelma seperti Adolf Hitler, Duterte mengatakan dirinya akan dengan senang hati membantai para pengguna narkoba seperti halnya yang terjadi saat genosida kaum Yahudi.

Meski telah meminta maaf atas pernyataan itu, ia telah berulang kali dituduh oleh para aktivis HAM bahwa perangnya melawan narkoba adalah sebuah bentuk eksekusi para ribuan orang.

Pada Juni, Duterte menyebut Tuhan dengan kata "bodoh" dan berulang kali menyerang gereja katolik dan menyebut mereka munafik.

Di Israel, Duterte dijadwalkan datang ke Yerusalem yang menjadi rumah bagi umat Muslim, Yahudi, dan Kristiani.

"Tak ada yang bisa memprediksi ucapan yang akan ia katakan dari satu momen ke momen lainnya, sehingga kedua pihak ingin kunjungan ini berlangsung tanpa sorotan," kata seorang pejabat yang terlibat mengurusi kunjungan ini, kepada Reuters.

Duterte sendiri secara blak-blakan mengungkapkan kebencian pada AS dan kebijakan luar negeri mereka.

Hanya saja, ia memiliki kesamaan dengan AS dalam hal mendukung Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Hal ini memunculkan dugaan bahwa Duterte akan menggunakan kunjungan ini untuk mengumumkan bahwa Filipina mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, sebagaimana yang dilakukan Trump pada Desember lalu.

"Kami mendorong Filipina untuk melakukannya, seperti halnya kami mendorong semua negara," kata seorang diplomat Israel.

"Kami tak tahu apakah Duterte akan melakukannya, tapi kami juga tidak tahu apakah dia tidak akan melakukannya."

Ernesto Abella, seorang petinggi Kementerian Luar Negeri Filipina dan mantan juru bicara Duterte, mengatakan bahwa isu pemindahan kedutaan besar Filipina dari Tel Aviv ke Yerusalem tidak pernah dibicarakan. (cnnindonesia.com)

Editor :