• Sabtu, 20 April 2024

Luhut Binsar Panjaitan: Efisiensi, Kunci Lolos Kubangan Perang Dagang AS-Cina

Rabu, 05 September 2018 - 14.42 WIB
60

Kupastuntas.co, Bandar Lampung – Demi stabilitasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Pemerintah Indonesia  terus mempertajam skala prioritas efisiensi penggunaan barang atau substitusi impor, berupaya sekuat tenaga menahan laju tergerusnya cadangan devisa negara .

Dalam rapat kabinet terbatas di Istana Negara, Jakarta, Selasa (4/9/2018) pagi, terungkap lima hal evaluatif yang diupayakan pemerintah konsistensi kebijakannya demi perkuatan basis mikro ekonomi kita.

Hal ini disampaikan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan di hadapan 700-an peserta Dialog Nasional Mengamalkan Nilai-Nilai Kebangsaan Menuju Indonesia Bermartabat, yang dihelat Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya, di aula Lantai 3 gedung Yayasan Alfian Husin, komplek kampus setempat, Kedaton, Bandar Lampung, Selasa (4/9/2018).

Mendampingi dia, pembicara sesi pertama yakni Dirut Pelindo II Elvyn G. Masassya, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti) Palembang Kemenristekdikti Slamet Widodo, guru besar IIB Darmajaya Zulkarnaen Lubis.

Nampak pula, GM Pelindo II Panjang Drajat Sulistyo dan Irsjad Djuwaeli, Korwil Lampung-Banten DPP Bravo-5.

Berkemeja putih, celana panjang gelap, dan mengenakan selendang tapis khas kebanggaan Lampung, Luhut menjelaskan, munculnya aksi perang dagang AS-Tiongkok sebenarnya ada untungnya buat Indonesia.

"Kenapa untung? Karena kita melakukan benah-benah di sana-sini, melakukan efisiensi," kata dia.

"Apa sih dampaknya trade war itu pada kita? Sebenarnya nggak banyak, karena 81 persen penerimaan kita itu sebenarnya banyak dari domestik. Jadi hanya 19 persen yang terpengaruh dengan trade war," imbuhnya.

Baca Juga: Menko Kemaritiman Luhut B. Panjaitan Resmikan TPS Online Pelindo Panjang

"Kita melihat kan sebenarnya ekspor kita itu tumbuh cuma 6,4 persen, tetapi impor kita tumbuh 30 persen. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan. Sekarang kita mau buat itu seimbang. Caranya apa? Kita mengurangi impor, menggunakan produk-produk yang ada dalam negeri," jelas Luhut runtut.

Apa itu? "Kalau saya cerita misalnya solar. Kita itu impor crude oil banyak untuk solar, karena kita refined atau kita proses ulang di dalam negeri yang refined dari kita itu tidak efisien, hanya 75 persen performance-nya. Padahal dengan teknologi sekarang, itu malah bisa 103 persen. Jadi kita kalah. Padahal kita memiliki kelapa sawit biodiesel," tandas dia.

Empat terobosan kebijakan post-factum lainnya, menurut pria berdarah Batak kelahiran Pekanbaru dan bulan ini genap 71 tahun itu, meliputi revitalisasi kebijakan ekspor batubara, menggenjot lagi grafik bertumbuh industri pariwisata, dan mengurai sengkarut Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) produk berbasis teknologi tinggi.

Terakhir, yang cukup mencengangkan, sebagaimana dilaporkan Menkeu Sri Mulyani kepada Presiden Joko Widodo dalam rapat di Istana, restriksi atau pembatasan 1.150 macam item barang impor, yang sedianya dapat dan ada yang telah diproduksi di dalam negeri.

Penjelasan Luhut seperti hendak melepas dahaga bersama, pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia, atas kekhawatiran berlarutnya efek domino perang dagang AS-Cina terhadap daya tahan stabilitas ekonomi kita.

Dalam dialog yang dipandu Ketua Yayasan Alfian Husin, Andi Desfiandi dan dibuka oleh Firmansyah YA, rektor kampus biru itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi urung hadir. (Rls)

Editor :