• Kamis, 28 Maret 2024

Petani Tanggamus Keluhkan Kelangkaan Pupuk Subsidi

Kamis, 18 Oktober 2018 - 16.38 WIB
517

Kupastuntas.co, Tanggamus - Para petani di sejumlah kecamatan di Kabupaten Tanggamus, mengeluhkan masih kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi jenis urea di kios-kios pertanian setempat. Hal ini terjadi karena stok pupuk subsidi di kios pertanian setempat mengalami kelangkaan.

Helmi, salah seorang petani di Pekon Umbulbuah, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus kepada Kupas Tuntas, Kamis (18/10/2018) menuturkan, sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi selalu dialami para petani setiap memasuki musim tanam padi. Dia mengaku harus berburu untuk mendapatkan pupuk bersubsidi seperti urea.

"Kami berburu mencari pupuk. Setiap kios dan agen kami datangi, bahkan ke kecamatan lain, hasilnya nihil, stok pupuk kosong," kata dia.

Menurut Helmi, karena tanaman padinya sudah waktunya dipupuk, ia pun terpaksa membeli pupuk non subsidi yang harganya bisa tiga kali lipat dari pupuk subsidi.

"Terpaksa beli pupuk non subsidi walau mahal. Sebab kalau tidak dipupuk berpengaruh pada hasil panen padi," katanya.

Sementara bagi petani yang modalnya pas-pasan seperti Sorip (60), petani di Way Halom, Kecamatan Talangpadang Tanggamus, terpaksa membiarkan tanaman padi yang sudah terlanjur ditanam tidak dipupuk.

"Nunggu pupuk subsidi dulu, baru dipupuk. Kalau beli pupuk nonsubsidi uangnya gak cukup," katanya.

Warsito, petani sawah di Pekon Kalisari, Kecamatan Wonosobo, Tanggamus mengaku heran setiap kali dibutuhkan pupuk subsidi "menghilang".

"Heran saya, masa setiap memasuki musim tanam, setiap sangat dibutuhkan, pupuk subsidi menghilang, langka," keluhnya.

Petani lainnya, Zainul, warga Pekon Pardawaras, Kecamatan Semaka, Tanggamus mengaku kesulitan mendapatkan pupuk. Meskipun saat ini dia sudah mendapatkan pupuk bersubsidi dari kios lokal di daerahnya, tetapi dengan harga yang mahal. Zainul membeli dua jenis pupuk, yakni urea Rp98.000 per sak, padahal harga eceran tertinggi (HET) hanya Rp90.000 per sak. Sementara pupuk jenis SP 36, dia beli seharga Rp115.000 per sak, padahal HET hanya Rp100.000 per sak.

"Habis mau bagaimana lagi, meski harganya mahal, ya tetap dibeli. Karena kami membutuhkan untuk memupuk padi,” kata dia.

Kekosongan stok pupuk bersubsidi, menurut Yanto pemilik kios di Kotaagung Timur, disebabkan mereka belum mendapat pasokan, dan diperkirakan pasokan pupuk bersubsidi pada bulan Desember mendatang.

"Pupuk subsidi itu datang atau dikirim ada jadwalnya, tidak setiap stok habis langsung dikirim. Ini pupuk baru dikirim pada Desember nanti, padahal waktu itukan sudah panen," katanya.

Seperti diketahui harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi jenis urea di patok pada Rp90.000/50 Kilogram, ZA Rp70.000/50 Kilogram, SP-36 Rp100.000/50 Kilogram, Phonska Rp115.000/50 Kilogram, dan petroganik Rp20.000/40 Kilogram.

Sementara untuk harga pupuk non-subsidi terpaut jauh dengan harga pupuk bersubsidi. Seperti pupuk Urea Non-subsidi, 250.000/50 kilogram, pupuk ZA Rp 3.000/kilogram (Rp150.000/50 kilogram). Sedangkan untuk Phonska Plus dijual seharga Rp8.000/kilogram (Rp400.000/50 kilogram). (Sayuti)

Editor :

Berita Lainnya

-->