• Jumat, 26 April 2024

Tim Psikososial ACT Ceriakan Anak-anak di Tenda Pengungsian Palu Barat

Jumat, 26 Oktober 2018 - 17.05 WIB
42

Kupastuntas.co, Palu Barat - Peristiwa bencana alam selalu menyisakan rasa trauma bagi setiap korban yang selamat. Seperti gempa bumi misalnya, kebanyakan masyarakat terutama anak-anak merasakan was-was untuk kembali ke tempat tinggalnya semula lantaran takut akan semacam gempa susulan.

Guna mengatasi hal tersebut, proses pemulihan psikososial tentunya sangatlah diperlukan selain kebutuhan bahan pokok bagi para pengungsi. Sehingga peran dari relawan menjadi penting untuk mengembalikan keceriaan.

Pasca gempa dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) beberapa waktu lalu, membuat masyarakat yang terkena dampak harus mengungsi. Posko pengungsian di Kelurahan Tipo, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu Barat ini merupakan salah satu lokasi dengan jumlah pengungsi anak-anak terbanyak dibandingkan pada posko pengungsian yang lain.

Untuk itu relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) coba menjajaki posko pengungsian tersebut untuk menerapkan proses psikososial kepada anak-anak yang rata-rata berusia di bawah umur 10 tahun.

Perwakilan tim psikososial dari ACT, Eka Hardianti mengatakan, pihaknya mencoba untuk membuat anak-anak tetap ceria dengan berbagai permainan seru sehingga membuat mereka melupakan kejadian bencana tiga pekan yang lalu.

"Jadi yang happy yang mereka ingat, kami tidak sekalipun membahas tentang bencana yang pernah menimpa mereka. Anak-anaknya seru kami bermain berbagai macam mainan. Di samping anak-anak, ada juga remaja sampai orang dewasa turut ikut dalam petmainan, mereka antusias ketika tim memberikan beberapa pertanyaan," ujar Eka kepada Kupastuntas.co, Jumat (26/10).

Anak-anak yang ikut bermain seperti Tima, Misel, Faril dan lainnya merasa senang terhadap kedatangan tim relawan. Di samping itu mereka juga merasa siap untuk melanjutkan kehidupan.

"Rumah kami sudah hancur, orang tua kami juga ada yang sudah di surga, tapi kami harus semangat jalani hidup," ujar mereka tanpa ada sedikit raut kesedihan. (Erik)

Editor :