• Jumat, 29 Maret 2024

BMKG Pasang Sensor Tinggi Air Dekat Gunung Anak Krakatau

Rabu, 02 Januari 2019 - 09.17 WIB
40

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memasang sensor ketinggian air atau water level dan sensor curah hujan di Pulau Sebesi, Selat Sunda, untuk mendeteksi kemungkinan gelombang tinggi sebagai dampak erupsi Gunung Anak Krakatau.

Alat tersebut disebut terkoneksi langsung ke server Automatic Weather Station (AWS) Rekayasa di BMKG.

"Saat ini sensor Water Level dan sensor curah hujan sudah terpasang di Pulau Sibesi dan live ke server AWS Rekayasa di BMKG, untuk mengantisipasi dini dampak erupsi Gunung Anak Krakatau terhadap tinggi gelombang laut," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam akun instagramnya, Selasa (1/1/2018).

BMKG mengadakan Rapat Evaluasi Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Tsunami Banten yang dihadiri oleh tim BMKG, tim Badan Geologi, Bupati Pandeglang, TNI, Polri, Camat, Relawan, di Posko Terpadu Labuan, Pandeglang.

"BMKG telah menempatkan personil dan peralatan pemantau kondisi cuaca di sekitar lokasi bencana tsunami Selat Sunda, salah satunya adalah Mobile Weather Emergency Service yg ditempatkan di Posko Terpadu Labuan," Dwikorita menambahkan.

Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Mengalami Empat Kali Kegempaan Letusan

Terpisah, Daryono, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, dikutip dari Antara, menyebut pihaknya memang merintis sistem peringatan dini tsunami akibat longsoran lereng Gunung Anak Krakatau yang dinamai Indonesia Seismic Information System (InaSEIS). Sistem ini beroperasi di Selat Sunda berbasis pemantauan intensitas gempa skala lokal.

Menurutnya, hingga saat ini belum ada negara lain yang memiliki sistem peringatan dini tsunami akibat longsoran lereng vulkanik. Ia berharap sistem yang dirintis ini dapat memberikan manfaat pada peringatan dini tsunami di Selat Sunda.

Diberitakan sebelumnya, tsunami Selat Sunda yang menerjang Banten dan Lampung terjadi akibat longsoran Gunung Anak Krakatau, beberapa waktu lalu.

BMKG tak mendeteksi potensi tsunami di lokasi itu sebelumnya. Hingga akhir 2018, korban tewas akibat tsunami itu tercatat mencapai 437 orang. (Antara)

 

Editor :

Berita Lainnya

-->