• Jumat, 19 April 2024

Rumah Ketua-Waka KPK Diteror Bom, Pengamat: Ada Kaitan dengan Maraknya OTT KPK

Kamis, 10 Januari 2019 - 08.28 WIB
63

Kupastuntas.co, Jakarta - Rumah Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo dan Wakil Ketua (Waka) Laode Muhammad Syarif, diteror bom pada saat hampir bersamaan, Rabu (9/1/2019) pagi. Rumah Agus dipasangi bom paralon, sementara rumah Laode dilempari bom Molotov.

Bom yang dipasang di rumah Agus Rahardjo yang berada  di Perumahan Graha Indah Jatiasih RT 4 RW 14, Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, dibungkus dalam tas warna hitam dan digantungkan di pagar rumah. Benda tersebut pertama kali ditemukan oleh Ajun Inspektur Polisi Dua Sulaeman pada pukul 05.30 WIB saat membuka pintu gerbang. Sulaeman kemudian memeriksa tas dan menemukan barang diduga bom di dalamnya.

Selanjutnya Sulaeman membawa benda tersebut dan berhasil menjinakkan benda itu dengan cara melepaskan baterai dan detonator yang berfungsi memicu ledakan.

Saat dikonfirmasi, Sulaeman tak membantah soal penemuan benda menyerupai bom tersebut. "Sebentar ya mas, sebentar ini masih koordinasi dengan komandan," katanya, kemarin.

Adapun benda yang diamankan dari rumah Agus Rahardjo adalah pipa paralon, detonator, sikring, kabel warna kuning, biru, oranye, paku ukuran 7 cm, serbuk diduga semen putih, baterai Panasonic Neo 9 Voll bentuk kotak dan tas warna hitam.

Selain rumah Agus, benda menyerupai bom molotov juga ditemukan di rumah Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif di Jalan Kalibata Selatan Nomor 42 C, Jakarta Selatan. Bom molotov terbuat dari botol itu ditemukan sopir Laode, Bambang, pada pukul 05.30 WIB.

Suwarni tetangga Laode sempat melihat botol yang berbentuk seperti lampu kneer alias sentir yang memiliki sumbu. Sebuah botol seukuran botol bir itu berwarna bening dan di dalamnya terdapat cairan.

Menurut Suwarni, botol tersebut dalam kondisi berdiri dengan ujung memiliki sumbu. Di sumbu itu terdapat nyala api. Suwarni mengatakan, sesaat setelah sopir bernama Bambang tersebut menemukan botol, Laode keluar di halaman rumahnya. "Dia bersama istrinya," kata Suwarni.

Saksi mata lainnya, Anita mengatakan botol tersebut tergeletak di depan garasi rumah Laode. Anita juga melihat tembok rumah Laode di sisi kanan garasi telah gosong. Diduga ada orang tak dikenal yang melemparkan botol itu ke halaman rumah Laode sebelumnya.

Polri pun membenarkan adanya dugaan teror bom ke kedua rumah pimpinan KPK tersebut. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan, Polda Metro Jaya telah membentuk tim khusus. Sedangkan Mabes Polri menerjunkan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror untuk membantu tim Polda Metro Jaya.

"Densus 88 sudah mengalami pengalaman berbagai kasus terkait peristiwa bahan peledak. Dia punya kompetensi cukup lengkap. Tugas Densus back-up tim yang dibentuk Pak Kapolda," tutur Dedi.

Lebih lanjut Dedi mengatakan, tidak ada korban dalam insiden itu. Namun, polisi tengah melakukan analisis dengan melibatkan Laboratorium Forensik (Labfor) Bareskrim.

Hal senada disampaikan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono, bahwa polisi membentuk tim gabungan untuk menyelidiki teror bom di rumah kedua pimpinan KPK. Kepala Detasemen Khusus (Kadensus) 88 Irjen Syafii ikut dilibatkan.

"Dari tim Mabes Polri yang Kadensus, dari Polda Metro Jaya ada Inafis Puslabfor, kita bentuk tim untuk mengungkap siapa pelakunya," jelas Argo. Argo mengatakan, sudah ada sejumlah saksi yang sudah diperiksa. Namun saat ini, menurutnya, belum ada kejelasan siapa terduga pelaku dalam teror itu.

"Ada enam (saksi) sudah diperiksa, kemudian Pak Laode sudah kita periksa juga hari itu," Argo. Argo menambahkan, saksi-saksi yang diperiksa adalah orang-orang yang mengetahui kejadian itu. Sejumlah tetangga Laode juga dimintai keterangan.

"Ya semuanya yang tahu kita periksa," ucapnya. Polisi juga telah mengamankan sejumlah CCTV di lokasi. CCTV tersebut tengah dianalisis oleh tim penyidik. "Ada CCTV sudah kita amankan, kita evaluasi," imbuhnya.

Sementara itu, KPK menyerahkan urusan teror pada kedua pimpinannya ke Polri. KPK juga siap berkoordinasi terkait pengusutan pelaku teror tersebut.

"Terkait dengan peristiwanya dan pencarian informasi siapa pelaku dan kronologis lainnya, KPK mempercayakan hal tersebut pada proses di Polri. Nanti tentu Polri juga akan menjelaskan pada publik perkembangan yang bisa disampaikan. Tim dari KPK juga sudah berkoordinasi di lokasi sejak pagi bersama Polri," jelas Kabiro Humas KPK Febri Diansyah.

Seharian ini menurut Febri ada sejumlah kegiatan pimpinan yang tetap dilakukan seperti biasa. Teror yang terjadi pada kedua pimpinan, Agus Rahardjo dan Laode M Syarif, disebut Febri tidak mengganggu kegiatan itu.

"Beberapa kegiatan yang dilakukan pimpinan dari pagi seperti menjadi narasumber di Kemendikbud tentang Pelaksanaan Anggaran Pemerintah yang bebas dari KKN, menerima audiensi dari Kedutaan Norwegia, rapat hasil kajian dengan Kementerian Kesehatan tentang alkes," ucap Febri.

Kegiatan KPK juga disebut Febri berjalan seperti biasa. Namun tidak dipungkiri bila KPK harus berkoordinasi dengan Polri terkait peristiwa teror itu. "Dan juga terima kasih pada tim Polri karena respons yang cepat dalam penanganan ini. Kita semua tentu menunggu bagaimana perkembangan penanganannya," ucap Febri.

Ada Kaitan Dengan Maraknya OTT

Dimintai tanggapannya, Pengamat Hukum Universitas Lampung (Unila) Budiono menilai, aksi teror bom terhadap ketua dan wakil ketua KPK bertujuan menakut-nakuti bahkan mencelakai komisioner KPK seperti Novel Baswedan. Untuk itu, perlindungan hukum maksimal terhadap komisioner KPK harus dilakukan oleh negara.

“Karena ini sudah terbukti dengan adanya teror-teror bom yang mengancam, dan bukti yang paling nyata adalah tidak tuntasnya kasus Novel Baswedan. Ini merupakan salah satu bentuk lemahnya negara. Karena penegak hukum itu disamping melindungi masyarakat, juga harus dilindungi oleh negara dalam melaksanakan tugas-tugasnya,” terang Budiono.

Untuk itu lanjut Budiono, aparat kepolisian harus mengusut dengan tuntas siapa dalang yang melakukan teror kepada pimpinan KPK. Sehingga akan muncul kembali kepercayaan kepada pemerintah dalam melindungi aparat hukum yang fokus dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.

Budiono pun mengungkapkan, setiap kejadian yang menyerang pimpinan KPK ada hubungannya dengan kejadian maraknya OTT yang dilakukan oleh lembaga antirasuah belakangan ini. Sehingga, ada pihak-pihak tertentu yang ingin meneror penyidik maupun pimpinan KPK.

"Maka dari itu, kita ingin negara bisa memberikan protap yang maksimal kepada komisioner KPK ini, dan ini harusnya sudah dijalankan sejak kasus Novel Baswedan. Saya berharap kepolisian bisa segera mengusut dan mengetahui siapa dalang dan apa tujuan melakukan teror ini," tandasnya. (Sule/Kps/Dtc)

Editor :