Dianggap Mengancam Pariwisata, Pemprov Lampung Minta Maskapai Kaji Ulang Penetapan Tarif Bagasi Pesawat
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung, Budiharto meminta pihak maskapai Lion air dan Wings air untuk meninjau kembali kebijakannya terkait penetapan tarif bagasi pesawat sebab akan berdampak pada perkembangan pariwisata di Lampung.
Menurut Budiharto, kebijakan ini juga dianggap bertentangan dengan program pariwisata yang sedang digalakkan oleh Pemprov Lampung seperti pemberian diskon (hot deals) harga pada hunian hotel dan restoran sebagai upaya memulihkan kembali pariwisata Lampung pasca tsunami Selat Sunda.
"Kita berusaha semaksimal mungkin pada situasi saat ini untuk menurunkan tarif hunian hotel dengan berbagai diskon, tapi pihak maskapai malah memberatkan dengan adanya kebijakan penerapan tarif bagasi pesawat. Ini kan gak sinkron dengan program kita, jadi alangkah baiknya penerapan tarif bagasi ini ditinjau kembali oleh pihak maskapai," ujar Budiharto kepada Kupastuntas.co, Rabu (23/1).
Dengan adanya tarif bagasi ini, lanjut dia, orang akan lebih menahan diri untuk bepergian menggunakan pesawat, sehingga mempengaruhi income dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), hotel, restoran yang semakin menurun. Padahal pemprov saat ini sedang meningkatkan lagi pariwisata bekerja sama dengan seluruh stakeholder.
"Ini kan memberatkan penumpang. Dan juga tidak memancing orang untuk berkunjung ke destinasi-destinasi wisata di Lampung. Setidaknya orang kan bawa bagasi untuk dia menginap beberapa malam di hotel, gak mungkin dia menenteng barang bawaan hanya seberat 7 kilogram (kg). Ya ditinjau kembali supaya aktifitas hotel kita di kembali meningkat. Dan juga kunjungan wisatawan ke Lampung semakin banyak," katanya.
Hal serupa juga disampaikan Sekretaris DPD Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Lampung Adi Susanto. Ia meminta pihak maskapai mengevaluasi ulang kebijakan yang dapat mengancam sebanyak 70 travel agent di Lampung untuk gulung tikar dan mematikan pariwisata.
"Sebelum ada kebijakan ini, omzet dari para travel agent di Lampung mulai berkurang. Di Bandara Raden Inten II sudah mulai sepi penumpang, orang-orang sudah malas bepergian, ini yang harus benar-benar disikapi oleh pemerintah," ujar Adi.
Selain itu, imbuh Adi, UMKM juga paling terkena dampak dari kebijakan maskapai. Para pelaku UMKM yang menjual oleh-oleh juga sudah banyak yang komplain karena sepi pembeli. Seperti kain tapis Lampung yang harganya cukup mahal apa lagi penumpang harus membayar tarif bagasinya.
"Selama ini orang belanja ke Lampung mereka tadinya bisa sampai 50 Kg, sekarang ini orang gak mau belanja karena harga harga bagasi lebih mahal dari pada harga barang belanjaannya. Ini mematikan pariwisata Lampung, bahkan UMKM yang dihajar oleh penerapan tarif bagasi ini," kata dia.
Kebijakan maskapai ini juga mendapat tanggapan dari Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Lampung, Muhammad Kadafi. Ia menganggap penerapan tarif bagasi pesawat berpengaruh pada pelaku usaha ekonomi kreatif.
"Pasti berpengaruh kepada teman-teman ekonomi kreatif seperti make up artist karena harus membayar barang bawaannya kemanapun mereka terbang, karena kebanyakan mereka bawa alat make up. Ini juga mempengaruhi daya beli oleh-oleh, jadi terkendala dengan ada biaya tambahan di pesawat," kata Kadafi. (Erik)
Berita Lainnya
-
Innova Hantam Truk Sedang Pecah Ban di Tol Terpeka, 2 Orang Luka Berat
Sabtu, 20 April 2024 -
Profil Hanan A. Rozak, Mantan Birokrat Senior yang Siap Maju Pilgub Lampung 2024
Sabtu, 20 April 2024 -
Unila Siap Sambut Prodi Kedokteran Hewan di Provinsi Lampung
Sabtu, 20 April 2024 -
KRS PMI Unit Unila Gelar Diklat dan Baksos KSR Angkatan XXXII
Sabtu, 20 April 2024