• Rabu, 24 April 2024

Menyentuh, Kisah Jamil Remaja Asal Tubaba Hidupi Kedua Adiknya Seorang Diri di Tengah Kebun Karet

Minggu, 03 Februari 2019 - 21.41 WIB
430

Kupastuntas.co, Tulangbawang Barat - Jamil (15), Warga Tiyuh Penumangan Kecamatan Tulangbawang Tengah Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba), semenjak di tinggalkan orang tuanya, Ia menjadi tulang punggung bagi kedua adiknya, lantaran ayahnya sudah meninggal dunia karena sakit dan ibunya menikah lagi.

Semenjak itu, Jamil sudah terbiasa mengurus makan minum beserta menyekolahkan adiknya Sahrodin yang masih kelas 3 (tiga) SD, dan Sahril yang masih berumur sekitar 8 tahun.

"Kami sudah lama tinggal di kebun dengan dua adik saya karena ayah meninggal pada tahun lalu dan ibu saya menikah lagi, namun kami tetap di jenguk oleh ibu walaupun seminggu sekali, dan selain kedua adik saya masih ada adik saya yang bernama Erwin, dia mondok di salah satu pondok kagungan," ucap Jamil, saat dijumpai di perkebunan karet tempat mereka tinggal, Minggu (3/2/2019).

Selain itu Jamil juga menjelaskan selain dari kedua adik-adik nya, masih ada abang dan dua adiknya lagi,"kami 6 (enam) saudara yang pertama abang saya namanya Agus dan saya anak kedua dan empat adik saya yang tidak tinggal satu tempat lantaran ada satu adik saya yang disekolahkan oleh warga Tiyuh Penumangan bapak Paksi, dan juga abang saya Agus merantau ke Bandung karena di ajak temannya untuk kerja dan dia pun berangkat baru di awal tahun ini," jelas dia.

"Saya disini tinggal hanya bertiga dengan adik saya, setiap hari saya deres (menyadap) karet majikan saya, hasil pun tidak menentu kadang kalau hujan nggak ada penghasilan, dan setiap pagi saya selalu mengantar adik saya sekolah ke SDN 1 Penumangan Baru, Usai mengantar adik saya pun melanjutkan pekerjaan, saya sedih kalau hujan, jadi yang saya deres itu hancur semua getahnya kena hujan, hasil dari pembagian hasil karet dengan majikan inilah yang saya gunakan untuk membeli beras, alat-alat dapur dan juga untuk adek sekolah," ujar Jamil.

Jamil berharap kepada pemerintah agar bisa membantu pendidikan adik-adiknya, atau paling tidak di pondok pesantrenkan. "Saya tau betapa sulit nya jika menjadi anak tidak sekolah, saya berhenti dari kelas 3 SD karena gurunya galak dan teman-teman saya suka membuli saya, harapan saya terhadap kedua adik saya jangan sampai mereka seperti saya tidak sekolah," harapnya. (Irawan/Bas/Lucky)

Editor :