• Jumat, 26 April 2024

Nanik Ibu Tua di Way Jepara, Berdua dengan Anak Penderita Gangguan Jiwa Berjuang Hidup dari Berjual mainan

Selasa, 25 Februari 2020 - 16.55 WIB
278

Nanik yang hidup hanya dengan anaknya memiliki gangguan kejiwaan tinggal di Desa Labuhan Ratu Satu, Kecamatan Way Jepara. Foto: Agus/Kupastuntas.co

Lampung Timur - Kondisi ekonomi yang semakin menghimpit, dengan tenaga sepuh yang sudah rapuh, Nanik yang hidup hanya dengan anaknya memiliki gangguan kejiwaan tinggal di Desa Labuhan Ratu Satu, Kecamatan Way Jepara, bertahan hidup dengan modal dari koperasi (pinjaman), Selasa (25/2/2020).

Waktu terus berjalan, matahari semakin menyisir ke barat, suara azan Ashar mengumandang bersahutan, sementara sesosok raut wajah sepuh berhijab coklat, dengan sorot mata penuh letih masih sabar menunggu rejeki dengan berharap dagangan miliknya dibeli. "dari pagi belum laku sama sekali," keluh Perempuan 65 tahun itu.

Dibelakang tampak seorang pria berumur 30 tahunan dengan duduk mendekap kedua lututnya, tatapan hampa dan raut muka penuh iba itu merupakan pria dengan sedikit jiwa yang sakit yang selalu setia mengikuti ibu nya mengkais rejeki.

Sementara tatapan mata ibu berjubah coklat menerawang dalam, meski di akhir ujung senja perempuan sepuh itu masih menunggu kehadiran anak anak keluar dari ruang belajarnya dan sedikit memberi rejeki, dengan membeli mainan yang di sediakan nya, "ya kerja saya seperti ini, setiap hari berjualan mainan dengan mengharap untung 10 sampai 20 ribu untuk makan," Harap Nanik dengan nada penuh iba.

Ironi, modal untuk membeli dagangan (mainan) dengan mengambil uang pinjaman koperasi dengan angsuran harian, dan setiap hari Nanik harus mengangsur kepada koperasi 20 ribu per hari. "kalau sehari dapat uang 30 ribu, 20 ribu untuk bayar angsuran dan yang 10 ribu untuk makan, jika tidak dapat uang sama sekali ya tidak ngangsur dan makan seadanya," keluh Nanik.

Nanik mengaku pinjam dikoperasi dari 300 ribu hingga 1 juta, uang tersebut diputar untuk modal jualan dan makan sehari hari, Nanik mengaku belum pernah mendapat modal lunak dari pemerintah atau dari desa.

Pagi pukul 07.00 Nanik berangkat dari rumah gubuknya dengan anak laki laki nya yang sudah berumur 30 tahun namun memiliki kejiwaan yang kurang sehat, dengan menggendong sebuah keranjang yang susulan dari bambu berisi dagangan mainan anak anak menuju sekolahan dimana biasa tempat jualnya, sebungkus nasi dan lauk ala kadarnya yang dibawa dari rumah, dipergunakan untuk mengganjal perutnya disiang hari, "ya setiap hari saya bawa bekal makanan untuk makan siang saya dn anak saya," kata Perempuan sepuh itu.

Dengan jalan sedikit membungkuk, karena usia perempuan dengan anak nya yang pernah mengalami sakit jiwa itu, berjalan perlahan dengan melangkah kan kaki di atas alas sandal jepit usang menuju pulang, punggung menjadi beban beban tumpuan barang dagangan, tangan kanan memegang pundak anak laki lakinya beranjak pulang setelah sehari penuh mengais rejeki. Hari ini Selasa (25/2/2020) Nanik membawa selembar uang rejeki sebesar Rp15 ribu rupiah. (*)