• Minggu, 16 Juni 2024

Teknokrat Merajut Kesadaran Ekologis Sedari Dini: Tinjauan Terhadap Pandangan Ekokritisme dalam Karya Sastra Anak Indonesia, Oleh: Masnia Rahayu, Peneliti Sastra Ekokritisme

Kamis, 10 Agustus 2023 - 09.30 WIB
1k

Masnia Rahayu, Peneliti Sastra Ekokritisme Universitas Teknokrat Indonesia. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Pengertian Sastra Anak dan pandangan ilmu parenting dalam era digital saat ini terbilang berkembang dengan pesat. Para orang tua yang merupakan angkatan milenial dan gen Z sudah mengalami pengalaman yang cukup banyak dalam menggunakan salah satunya sosial media.

Akibatnya, angkatan ini lebih mudah menyerap berbagai informasi yang ada. Fenomena parenting sebenarnya bertujuan untuk mengawal perkembangan anak, pembentukan karakter, dan pola pengasuhan anak sesuai dengan usianya.

Namun, melek terhadap informasi dan digitalisasi bukan berarti pola pengasuhan terhadap anak mengalami banyak perubahan yang positif. 

Hasil survei KPAI menunjukkan bahwa selama masa pandemi Covid-19, sebanyak 79% anak diizinkan oleh orangtuanya untuk menggunakan gawai selain untuk media belajar. Tercatat sebanyak 71.3% anak memiliki gawainya sendiri (Maimunah, 2021).

Situasi ini tentunya memberi dampak negatif bagi perkembangan anak karena akan mengganggu kualitas belajar dan komunikasi. Dengan demikian, perlu adanya pengalihan kosentrasi anak dari sosial media ke media belajar lainnya. Salah satunya yakni melalui buku bacaan.

​Membaca buku bagi anak merupakan salah satu pembelajaran praktik yang baik di era digital. Anak-anak mampu bersikap kritis dalam melihat realitas yang disampaikan dalam buku. Buku yang paling popular dan mudah dimengerti bagi anak-anak adalah berbentuk karya sastra.

Kehadiran karya sastra anak berperan sebagai salah satu media pembelajaran dalam pembentukan karakter yang ada dan memberikan moral value yang bermanfaat bagi perkembangan kognitif anak.

​Berbagai macam tema dalam karya sastra memberikan sejumlah pandangan yang bervariatif.

Perbedaan inilah yang dapat membantu para orang tua memilah pendidikan atau pengetahuan apa yang ingin ditanamkan kepada anak-anak. Contohnya seperti karya sastra berbentuk prosa dengan tema tingkat fisik, tema tingkat organik, tema tingkat sosial, tema tingkat egoik, dan tema tingkat divine (Shipley, 1962).

​Tema tingkat fisik adalah tema yang menempatkan manusia diluar tingkatan kejiwaan. Sehingga tema ini akan lebih banyak menunjukkan aktivitas fisik dari pada konflik. Selanjutnya yakni tema tingkat organik yang menempatkan manusia dalam tingkatan kejiwaan. Tema ini menunjukkan berbagai persoalan yang menyangkut kejiwaan manusia.

Dalam tema tingkat sosial, tentunya manusia ditempatkan sebagai makhluk sosial. Tema ini akan banyak menunjukkan hubungan bermasyarakat, tempat aksi-interaksinya manusia dengan sesama dan lingkungan alam.

Dalam tema tingkat egoik menekankan pada pengembangan karakter atau kepribadian tokoh utama dalam cerita seperti kepercayaan diri, keberanian, dan kemandirian kepada anak-anak. Sementara itu, tema tingkat divine mengeksplorasi tema-tema keagamaan atau spiritual untuk mengembangkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan.

Sastra anak dapat mempengaruhi pandangan anak terhadap berbagai hal, baik itu terkait nilai, sikap, maupun pengetahuan.

Sastra anak dapat membantu anak untuk memahami dunia di sekitarnya, mengembangkan empati dan toleransi, serta mengajarkan nilai-nilai moral yang baik. Melalui sastra anak, anak dapat mengenal berbagai budaya dan tradisi dari berbagai negara serta mengembangkan imajinasi dan kreativitas.

Selain itu, sastra anak juga dapat memperkaya kosakata dan keterampilan membaca anak.

Namun, sebagai orang tua atau pendidik, perlu selektif dalam memilih sastra anak yang akan diberikan kepada anak-anak. Sastra anak yang baik haruslah memiliki nilai-nilai moral yang positif dan mengandung pesan yang baik bagi perkembangan anak. Sastra anak juga harus disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman anak agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi perkembangan anak.

Tema-Tema dalam Sastra Anak

​Tema tingkat fisik: "Si Kancil dan Pak Tani" karya Tim Bacaan Anak Indonesia. Cerita ini mengisahkan tentang kecerdikan Si Kancil dalam menghindari bahaya dan mendapatkan makanan dari kebun milik Pak Tani. Tema ini menekankan pentingnya menjaga kelestarian alam dan memahami pentingnya ekosistem dalam kehidupan.

Tema tingkat organik: "Negeri Dongeng" karya Helvy Tiana Rosa. Cerita ini mengisahkan tentang petualangan dua sahabat, Zara dan Kirana, dalam menjelajahi Negeri Dongeng dan bertemu dengan berbagai makhluk mitos. Tema ini menekankan pentingnya memahami keragaman hayati dan menjaga kelestarian flora dan fauna.

Tema tingkat sosial: "Lukisan Sang Pemimpi" karya Andrea Hirata. Novel ini mengisahkan tentang kisah perjuangan sekelompok anak miskin di Belitung untuk meraih cita-cita mereka. Melalui kisah perjalanan hidup tokoh utama, Ikal, pembaca dapat belajar tentang pentingnya pendidikan dan solidaritas dalam menjalani kehidupan.

Tema tingkat egoik: "Seri Bintang" karya Ninit Yunita. Cerita ini mengisahkan tentang petualangan dua sahabat, Gema dan Aga, dalam mencari bintang jatuh untuk dijadikan hadiah untuk ulang tahun ibu Gema. Tema ini menekankan pentingnya memahami diri sendiri dan menerima perbedaan dengan orang lain.

Tema tingkat divine: "Kisah-Kisah Islam untuk Anak-Anak" karya Mohammad Ali Hasan. Buku ini berisi kumpulan cerita-cerita dari agama Islam yang disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami oleh anak-anak. Tema ini menekankan pentingnya pendidikan agama dalam membentuk karakter anak serta mengajarkan nilai-nilai moral yang baik.

Masih banyak lagi karya para penulis sastra anak yang dapat dijadikan rujukan bagi para orang tua untuk mengenalkan nilai-nilai positif untuk anak. Memahami dan mempelajari perkembangan anak dalam era digital merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan sebagai orang tua, pendidik, dan masyarakat pada umumnya. Era digital telah memberikan dampak yang signifikan terhadap cara anak-anak belajar, berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dan bermain.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk terus mempelajari perkembangan anak dalam era digital dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mendukung perkembangan anak secara optimal.

Dalam kasus konflik ekologis, anak-anak rentan terhadap berbagai risiko seperti polusi udara, air, dan tanah, serta hilangnya sumber daya alam yang diperlukan untuk kehidupan mereka.

Selain itu, konflik ekologis juga dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan anak.

Kualitas hidup anak dapat ditingkatkan melalui upaya pencegahan konflik ekologis dan penanganan dampaknya. Bukan hanya Pemerintah dan masyarakat yang diharapkan dapat melakukan upaya-upaya menjaga lingkungan dan mengurangi risiko lingkungan yang membahayakan anak.

Namun, anak-anak juga perlu dilibatkan dalam upaya menjaga lingkungan dan menangani dampak konflik ekologis. Anak-anak dapat diajarkan untuk menjaga lingkungan dan mengenali risiko lingkungan yang membahayakan mereka, serta diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan lingkungan yang positif. Salah satunya diawali dengan penanaman nilai-nilai etika lingkungan yang ditanamkan sedari dini, contohnya melalui sastra anak berbentuk prosa.

Hari Buku Sedunia yang diperingati setiap tanggal 23 April merupakan kesempatan yang baik bagi orang tua untuk mengenalkan buku dan nilai-nilai penting bagi anak-anak. Melalui buku, anak-anak dapat mempelajari banyak hal, mulai dari pengetahuan tentang dunia, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, memperluas wawasan dan pemahaman tentang berbagai hal, meningkatkan minat dan kecintaan mereka terhadap membaca, hingga dapat membantu membentuk karakter positif anak-anak dan memperkuat fondasi pendidikan mereka di masa depan.

Melalui Hari Buku, orang tua dapat membantu menanamkan nilai-nilai ekologis pada anak-anak. Dengan menumbuhkan kesadaran dan kepedulian anak terhadap lingkungan hidup, diharapkan dapat membentuk generasi muda yang peduli terhadap kelestarian alam dan siap berkontribusi dalam menjaga keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.

Mari bersama-sama bersinergi untuk mencintai buku dan menanamkan nilai ekologis kepada anak-anak sebagai generasi penerus yang akan membangun Indonesia lebih baik. (*)