Walhi Desak Pemerintah Usut Tuntas Temuan Limbah Minyak Mentah, Sebut Ada 10 Perusahaan CPO Beroperasi di Bandar Lampung

Nelayan di Pantai Umbul Asam, Kelurahan Keteguhan, Kecamatan Telukbetung Timur, Bandar Lampung saat menunjukkan bukti limbah yang mencemari pantai setempat. Foto: Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Wahana
Lingkungan Hidup (Walhi) Provinsi Lampung mendesak pemerintah daerah mengusut
tuntas temuan limbah mirip minyak mentah atau crude palm oil (CPO) yang
mencemari Pantai Umbul Asam, Kelurahan Keteguhan, Kecamatan Telukbetung Timur,
Bandar Lampung.
Direktur Walhi Lampung, Irfan Tri Musri
mengatakan, temuan limbah tersebut harus segera ditindaklanjuti oleh
pemerintah.
Menurutnya, selama ini Pemerintah Daerah
Provinsi Lampung tidak pernah serius dalam menyikapi pencemaran limbah, dan
selalu mendiamkan tanpa ada pengungkapan yang jelas siapa pelakunya.
"Temuan ini harus segera ditindaklanjuti
oleh pemerintah. Karena kita sudah lelah melihat apa yang dilakukan oleh
pemerintah. Selalu mendiamkan persoalan pencemaran yang terjadi di Lampung
tanpa ada pengungkapan yang jelas," kata Irfan, Senin (13/11/2023).
Irfan mengatakan, sebenarnya tidak begitu
sulit untuk menemukan siapa pelaku yang membuang limbah berwarna kuning
kemerahan yang diindikasikan kuat bahwa limbah tersebut adalah CPO.
"Peristiwa ini sangat mudah, tinggal
disisir saja di pesisir Bandar Lampung. Karena ini indikasinya CPO. Mana saja
kapal-kapal yang membawa CPO. Dan tentunya ini langkah yang cukup mudah,"
paparnya.
Ia menjelaskan, saat ini tidak lebih dari 10
perusahaan CPO yang berlokasi di Bandar Lampung. Pemprov Lampung hanya tinggal
melakukan audit terhadap para perusahaan CPO tersebut.
"Tidak lebih dari 10 perusahaan CPO yang
ada di sekitar lokasi pencemaran tersebut. Tinggal di audit saja masing-masing
perusahaan untuk menemukan siapa pelakunya," kata dia. Saat ditanya
nama-nama 10 perusahaan CPO itu, Irfan mengatakan kalau secara detail yang
punya dan pegang data ada di DLH Provinsi Lampung.
“Kalau di sekitar Pelabuhan Panjang dan
sekitarnya itu kan misalnya bisa kita lihat ada PT Tunas Bangun Lampung, dan PT
LDC. Dan di sekitar wilayah Tarahan itu kan ada PT Sumber Indah Perkasa,” kata
Irfan.
Irfan berharap, ketika sudah ditemukan
pelakunya maka pemerintah daerah harus memberikan tindakan tegas agar ada efek
jera yang ditimbulkan.
"Kalau sudah ketahuan pelakunya harus ada
tindakan tegas, jangan selalu dilakukan pembiaran saja oleh pemerintah,"
ujarnya.
Irfan menerangkan, penyebab seringnya minyak
mentah mencemari pantai di Lampung lantaran adanya pembiaran serta tidak adanya
tindakan tegas dari pemerintah daerah.
"Pemerintah selama ini tidak pernah
melakukan upaya penegakan hukum dan sanksi yang tegas terhadap pelaku. Maka
kejadian ini terus terulang, bisa saja tumpahan minyak kali ini pelakunya sama
dengan tahun lalu," jelasnya.
Informasi dihimpun dari Iaman Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Lampung, ada sejumlah perusahaan komoditas kelapa
sawit yang memiliki kantor pusat di Bandar Lampung yakni di seputaran Jalan Ikan Bawal Kecamatan Telukbetung Selatan,
Bandar Lampung.
Perusahaan tersebut adalah PT Bangun Nusa Cipta
Wahana, PT Pranasta Abadi, PT Budi Nusa Cipta Wahana, PT Budi Dwiyasa Perkasa,
PT Bangun Tata Lampung Asri, PT Gunung Mas Persada Karya, PT Adi Karya
Gemilang, PT Bangun Nusa Indah Lampung, PT Kencana Acidindo Perkasa, PT Tunas
Baru Lampung, dan PT Bumi Sentosa Abadi.
Polda Lampung juga telah melakukan
penyelidikan terkait temuan limbah diduga CPO atau minyak mentah di
pesisir pantai Bandar Lampung tersebut.
Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Pol Umi
Fadilah Astutik mengungkapkan, pihaknya telah mengambil sampel limbah tersebut
untuk diselidiki. Namun, ia mengaku, kepolisian belum mengetahui asal limbah
tersebut.
“Temuan tersebut saat ini masih dalam
penyelidikan polisi. Hal itu dilakukan untuk memastikan kembali jenis dan dari
mana limbah itu berasal. Belum tahu apakah berasal dari perusahaan atau
seperti apa, karena ini masih proses penyelidikan kita masih menunggu,"
katanya.
Ia menjelaskan, limbah tersebut pertama kali
ditemukan di Pangkalan Kapal Puri Gading oleh Polairud Polda Lampung pada Kamis
(9/11/2023). Area yang tercemari limbah tersebut pun menurutnya cukup luas,
sehingga personel Polairud langsung mengambilnya untuk sampel.
Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) Provinsi Lampung telah menurunkan tim untuk meninjau cemaran limbah
tersebut. Kepala DLH Provinsi Lampung, Emilia Kusumawati mengatakan bahwa tim
tidak menemukan adanya limbah tersebut.
"Laporan dari tim yang turun ke lapangan
kondisi air jernih tidak berbau. Yang banyak ditemukan di lokasi hanya
sampah-sampah," kata Emilia, Senin (13/11/2023).
Ia menjelaskan, tim juga sudah menanyakan
kepada pihak kelurahan dan penduduk sekitar, namun masyarakat mengaku air di
pesisir tersebut baik-baik saja. "Menanyakan ke pihak kelurahan dan
penduduk, info dari mereka baik-baik saja airnya," paparnya.
"Lurah Keteguhan satu minggu yang lalu
sudah turun ke lokasi kampung nelayan pantai Umbul Asam tapi kondisi baik-baik
saja," sambungnya.
Menurut Emilia, tim yang turun ke lapangan
sudah memeriksa sampai ke muara, dan tidak tidak ditemukan limbah yang
mencemari pesisir pantai.
Sebelumnya diberitakan, limbah berwarna kuning
kemerahan mirip minyak mentah atau crude palm oil (CPO) mencemari Pantai Umbul
Asam, Kelurahan Keteguhan, Kecamatan Telukbetung Timur, Bandar Lampung.
Pantauan Kupas Tuntas di lokasi, terlihat
jelas cairan limbah warna kuning kemerahan terombang-ambing terbawa arus ombak
di pantai Umbul Asam, pada Jumat (10/11/2023). Belum diketahui dari mana asal
limbah.
Darmin, warga setempat mengatakan, limbah
mirip minyak mentah ini sudah ada sejak dua hari terakhir. Keberadaan limbah
sangat mengganggu karena berada di pinggir pantai.
"Belum tahu limbah minyak apa, tapi ada
baunya. Banyak limbah minyaknya, hampir semua pinggir pantai ini kena
semua," kata Darmin saat ditemui di lokasi, Jumat (10/11/2023).
Ia mengungkapkan, keberadaan limbah
mengakibatkan nelayan semakin sulit mencari ikan serta kerang di laut.
"Banyak ikan mati, ada bau juga. Kami jadi susah cari ikan di laut dan
kerang di pinggir pantai karena baunya itu," ucapnya.
Darmin sempat mengambil sampel air laut yang
terkena limbah lalu dimasukkan ke dalam botol air mineral kemasan sebagai
barang bukti. Air sampel limbah itu terlihat jelas berwarna kuning kemerahan
dan berbau minyak.
Warga lainnya, Asep juga mengeluhkan
keberadaan limbah mirip minyak mentah tersebut karena menimbulkan bau menyengat
dan mengakibatkan nelayan sulit mencari ikan.
"Baunya sangat menyengat dan membuat
nelayan sulit mencari ikan. Mencari kerang di pinggiran pantai juga kini sulit
setelah adanya limbah ini," ucapnya.
Asep mengaku belum mengetahui dari mana asal
limbah tersebut. “Kalau asalnya limbahnya darimana belum tahu ya. Saya tahunya
saat mau memancing kemarin, di pinggir pantai sudah berubah warna dan berbau,”
ungkapnya. Limbah mirip minyak
mentah ini juga ditemukan di Pangkalan Kapal Puri Gading, Bandar Lampung. (*)
Berita ini telah terbit di SKH Kupas Tuntas
edisi Selasa 14 November 2023 dengan judul “Walhi: Ada 10 Perusahaan CPO
Beroperasi di Bandar Lampung”
Berita Lainnya
-
Profil Direksi BUMD Wahana Raharja dan LJU, Perpaduan Perbankan, Teknologi, dan Wirausaha
Kamis, 18 September 2025 -
Stok Menumpuk, Pemprov Lampung Desak Pemerintah Atur HET Tepung Tapioka
Kamis, 18 September 2025 -
Dengarkan Suara Pengguna Jasa, Pelindo Regional 2 Panjang Gelar Survey Kepuasan Pelanggan
Kamis, 18 September 2025 -
Fakultas Adab UIN RIL Siap Usulkan Prodi Baru
Kamis, 18 September 2025