Menengok Progres pembangunan Masjid Raya Al Bakrie yang Sempat Disorot Sejumlah Pihak
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Meski sudah berjalan setahun lebih sejak peletakan batu pertama, progres pembangunan masjid raya Al Bakrie di bekas Ruang Terbuka
Hijau (RTH) Elephant Saburai Kota Bandar Lampung tidak menunjukkan kemajuan berarti.
Masjid raya itu sendiri digadang-gadang
akan menjadi masjid terbesar di Provinsi Lampung dan disebut mampu menampung
puluhan ribu jemaah.
Dari pantauan dilokasi pembangunan yang sudah berjalan
kurang lebih 7 bulan itu, baru terdapat empat buah tiang yang menyerupai menara
dan beberapa tiang sebagai pondasi penahan bangunan (cakar ayam).
Tampak pula gundukan tinggi tanah di beberapa titik bekas
galian atau tanah yang akan digunakan sebagai bahan penimbunan yang terlihat
semrawut, dan juga terdapat dua alat berat escavator serta para pekerja yang
tengah beristirahat.
Saat dikonfirmasi terkait progres Pembangunan, Hendra mandor
proyek pembangunan mengaku tidak mengetahui terkait berapa persen
pembangunan yang sudah dilakukan.
"Saya tidak tau progresnya, saya disini cuma
kerja-kerja aja, silahkan tanya ke pihak konsultan mereka yang lebih tau,"
kata Hendra saat ditemui Kamis (18/04/24).
Sementara pihak konsultan yang dimaksud yakni atas nama
Porda sedang tidak ada diruang kerja, hanya terdapat satu orang staf yang tidak
diketahui namanya, ia enggan memberikan komentar dan mengarahkan untuk menunggu
yang bersangkutan datang.
"Pak Porda lagi keluar, tunggu aja ya,"
singkatnya.
Meskipun sudah beberapa waktu menunggu yang bersangkutan tak
kunjung hadir, bahkan sempat dimintai kontak atau nomor telpon yang bisa
dihubungi namun tidak diberikan.
Diberitakan sebelumnya pembangunan yang berada diatas lahan
RTH Elephant Park Saburai Bandar Lampung sempat disoroti Wahana Lingkunhan
Hidup (Walhi) Lampung.
Direktur Walhi Lampung, Irfan Tri Musri mengatakan pihaknya
memang tidak sepakat kalau taman gajah itu diklaim sebagai RTH. Tapi lebih
tepat disebut sebagai public space atau ruang umum, dan pembangunannya sangat
disayangkan.
Ditambah, pembangunan Masjid Raya Al Bakrie tidak hanya menggusur
gor saburai saja tapi taman gajah juga.
"Maka ini ada semacam dua kepentingan besar. Pertama
kepentingan lingkungan dan selanjutnya dalam rangka kepentingan agama,"
ujarnya, saat dikonfirmasi, Rabu (21/6/2023).
Lebih lanjut ia menyampaikan, bahwa dari awal memang
pembangunan masjid itu menuai banyak pro dan kontra dari berbagai pihak.
Karena jelas Irfan, jika memang keluarga Aburizal Bakrie ini
banyak uang kenapa tidak melakukan pengadaan lahan. Tapi dia malah meminta
lahan pada pemerintah daerah dan itu dia hanya membangun fisik atau
infrastrukturnya saja.
"Kita sebagai warga Bandar Lampung banyak sekali
kekurangan RTH dan public space. Tapi justru yang ada dialihfungsikan. Nah ini
yang disayangkan," ucap Irfan.
Diakuinya memang, kalau berbicara pembangunan rumah ibadah
ini sangat sensitif.
"Tapi ketika akan dibangun masjid ini juga kan banyak
pilihan lokasi lain dan sebagainya. Bukan menggusur gor saburai yang memang itu
tempat olah raga dan banyak masyarakat yang bermain di taman gajah juga,"
jelasnya.
Sementara, Manager Advokasi dan Kajian Mitra Bentala
Lampung, Mashabi menyampaikan, keprihatinannya atas terjadinya alih fungsi
lahan publik atau ruang terbuka hijau tersebut.
Menurutnya, pemerintah bukannya mempertahankan atau
mempertambah RTH, namun ini yang ada justru terjadi pengurangan lahan publik.
"Maka pemerintah tidak konsisten apa yang telah
ditetapkan sebagai lahan terbuka untuk publik, justru kalah dengan kepentingan
segelintir orang untuk kepentingannya," ujar Mashabi. (*)
Berita Lainnya
-
Inkubator Bisnis Universitas Teknokrat Indonesia Raih Pendanaan Kemendikbudristek
Selasa, 30 April 2024 -
Timnas BLiSPI U-16 Raih Juara 4 di Turnamen Sepakbola Internasional CCFA 2024, Ada Anak Babinsa Lampung
Selasa, 30 April 2024 -
Jaksa KPK Tolak Keterangan Ahli di Sidang Lanjutan PK Karomani
Selasa, 30 April 2024 -
KPK Tolak Pengajuan PK Karomani Terkait Perkara PMB Unila
Selasa, 30 April 2024