• Senin, 06 Mei 2024

Puluhan Hektar Sawah Gagal Tanam, Dinas Pertanian Metro Akui Adanya Keteledoran Penyuluh

Rabu, 24 April 2024 - 23.27 WIB
2.8k

Puluhan petani di Metro saat melakukan gerakan pengendalian hama di areal persawahan yang terserang penggerak batang. Foto: Dok. DKP3 Kota Metro

Kupastuntas.co, Metro - Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Metro angkat bicara terkait dengan kegagalan tanam di kawasan persawahan Kelurahan Yosodadi, Kecamatan Metro Timur.

Kepala DKP3 Kota Metro, Heri Wiratno. Mengatakan, kondisi tersebut bukan hanya terjadi di wilayah Kelurahan Yosodadi, namun hampir merata di Kota Metro dengan total luasan mencapai 90 hektar lebih.

Tak hanya itu, DKP3 bahkan mengakui adanya dugaan keteledoran penyuluh pertanian hingga petaninya sendiri dalam menyikapi musim tanam gadu tahun ini.

Ia menjelaskan bahwa kondisi gagal tanam terjadi hampir merata di Bumi Sai Wawai. Lahan persawahan yang mengalami gagal tanam terluas berada di Kecamatan Metro Selatan.

"Sudah kita sudah monitor, kalau di Metro Timur itu ada sekitar 8 hektaran. Yang paling banyak di Metro Selatan, di sana ada sekitar 77an hektar. Belum tempat yang lain, di Metro itu ada sekitar hampir 100 hektare lah," kata Heri Wiratno saat dikonfirmasi Kupastuntas.co melalui sambungan telepon, Rabu (24/4/2024).

Heri mengungkapkan adanya dugaan keteledoran penyuluh yang seharusnya melakukan pengamatan berkala namun tidak dilakukan lantaran terbentur hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah.

"Pembinaan secara berkala dilakukan penyuluh, tapi ya memang ada beberapa keteledoran dari penyuluh dan dari masyarakat sendiri. Kemarin kan libur lebaran jadi tidak sempat melakukan pengamatan harian, itu saja sebenarnya. Sehingga pengamatan mingguannya menjadi lemah, itu saja," ungkapnya.

Heri menyebutkan, gagal tanam di Metro disebabkan oleh serangan hama penggerek batang alias scirpophaga innotata.

"Penggerek batang atau nama latinnya scirpophaga innotata. Sebenarnya kan ini petani karena kemarin tidak konfirmasi, tidak dapat jatah gadu dan mereka langsung bergerak cepat sehingga melupakan persemaian, harus dikasih treatment perlakuan benih," ujarnya.

Ia menyebut bahwa pihaknya tidak dapat memberikan bantuan lebih selain upaya menggerakkan petani untuk melakukan gerakan masal (Germas) pengendalian hama.

"Kalau kebijakan tidak ada, artinya pemerintah membantu woro-woro saja. Lewat germas, gerakan massal. Paling cuma 0,2 liter pestisida dan bersama-sama melakukan gerakan tetapi setelah itu pestisidanya beli sendiri. Kita hanya memotivasi petani saja," jelasnya.

Tak hanya itu, DKP3 juga menegaskan bahwa pihaknya tidak mengalokasikan anggaran untuk menangani persoalan gagal tanam maupun gagal panen.

"Ya memang kami tidak menyiapkan yang seperti itu kecuali pupuk emang sudah disediakan subsidi, tapi kalau untuk gagal tanam maupun gagal panen itu kerugian tanggung jawab petani sendiri," terangnya.

"Ada asuransi tapi polisnya belum sampai, sudah didaftar tapi polisnya belum keluar, jadi tidak bisa diklaim," imbuhnya.

Meskipun begitu, dirinya tetap menawarkan solusi agar petani tidak mengalami kerugian besar akibat dari gagal tanam.

"Solusinya ada yang memang di atas ambang ekonomi maka harus dibongkar ulang, tapi yang menurut kita dan kawan-kawan petani masih di ambang ekonomi maka bisa diteruskan," bebernya.

"Ini sebenarnya bisa dikendalikan, itu nanti ada pengendalian dengan cara dikeringkan atau dengan pemberian pupuk cair dan pestisida saya kira ada macam-macam," tandasnya.

Diketahui, dalam batang terdapat larva berwarna putih yang biasa kita sebut larva penggerek batang atau dengan nama latin Scirpophaga innotata. Hama ini menyerang padi mulai dari persemaian, fase vegetatif, fase generatif hingga menjelang panen. (*)