• Sabtu, 21 Juni 2025

Sempat Ramai, Pasar Tradisional Terminal Kemiling Kini Mangkrak dan Tinggal kenangan

Selasa, 18 Februari 2025 - 13.03 WIB
70

Pasar Tradisional Terminal Kemiling yang diharapkan jadi pusat ekonomi kini tidak lagi beroperasi. Foto: Yoga/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Pasar Tradisional Terminal Kemiling yang dulunya diharapkan menjadi pusat ekonomi bagi masyarakat kini tidak lagi beroperasi.

Gedung dan ruko-ruko yang seharusnya dipenuhi aktivitas perdagangan justru tampak kosong dan tidak terawat, seolah menjadi saksi bisu gagalnya pasar ini bertahan.

Pasar ini dibangun di kawasan Terminal Kemiling dengan tujuan mendukung UMKM dan meningkatkan roda perekonomian rakyat.

Pemerintah Kota Bandar Lampung telah berupaya mengelola serta mempromosikannya agar pasar ini terus berjalan. Namun, harapan itu tampaknya belum dapat terwujud.

Kondisi pasar yang semakin sepi membuat bangunan-bangunan di sekitarnya mulai mangkrak.

Beberapa ruko yang dulunya disewa oleh pedagang kini dibiarkan kosong tanpa penghuni. Tidak ada lagi aktivitas jual beli yang membuat kawasan ini hidup, hanya tersisa bangunan yang perlahan memudar.

Budi, seorang warga sekitar, mengungkapkan bahwa pasar ini sempat beroperasi beberapa kali dan mendapatkan sambutan baik dari para pedagang. Sayangnya, antusiasme itu tidak berlangsung lama.

"Dulu memang pernah ramai, tapi cuma sebentar. Sekarang malah sudah tidak ada sama sekali, yang tersisa hanya bangunannya saja. Saya juga nggak tahu kenapa bisa begini," ujar Budi, saat ditemui di sekitar pasar pada Selasa, 18 Februari 2025.

Hal senada juga disampaikan oleh Wiwik, salah seorang pedagang yang masih bertahan di area pasar tersebut. Ia mengaku sudah beberapa kali menyaksikan pasar ini dibuka kembali, namun selalu berujung sepi.

"Seingat saya, pasar ini mulai dibangun sekitar tahun 2010-an. Sudah tiga kali dibuka ulang, setiap kali direnovasi atau dibersihkan, memang sempat ramai, tapi ujung-ujungnya kembali sepi. Sekarang malah semakin parah, benar-benar mangkrak," tutur Wiwik.

Sebagai pedagang, Wiwik tentu berharap pasar ini bisa kembali hidup dan mendatangkan pembeli. Namun, ia juga mengakui bahwa daya tarik pasar ini memang lemah.

"Saya maunya pasar ini ramai lagi, biar kita yang berdagang juga bisa terus berjualan. Tapi ya bagaimana kalau pembelinya nggak ada? Kami yang jualan juga bingung mau bertahan atau pindah," imbuhnya.

Menurutnya, pemerintah sebenarnya sudah berusaha mempromosikan pasar ini, termasuk dengan memasang banner dan poster di beberapa titik. Sayangnya, upaya tersebut belum membuahkan hasil yang diharapkan.

"Saya pernah lihat ada spanduk dan promosi dari pemerintah. Tapi nyatanya tetap saja nggak ada perubahan. Sepertinya memang tempat ini kurang strategis untuk jadi pasar," kata Wiwik.

Para pedagang dan warga sekitar kini hanya bisa berharap ada terobosan baru dari pemerintah agar pasar ini tidak benar-benar ditinggalkan. Jika tidak ada langkah konkret, pasar ini mungkin hanya akan menjadi bangunan kosong yang terlupakan di tengah kota. (*)