• Kamis, 08 Mei 2025

Kisah Inspiratif Sutiah CJH Lampung Tertua Usia 107 Tahun, Merealisasikan Mimpi ke Tanah Suci

Rabu, 07 Mei 2025 - 12.00 WIB
133

Mbah Sutiah saat menjalani tes kesehatan sesaat tiba di asrama haji Rajabasa. Foto: Ria/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Mentari pagi baru saja menyentuh pelataran Asrama Haji, Rajabasa, Bandar Lampung ketika rombongan calon jemaah haji kloter 19 JKG tiba pada, Rabu (7/5/2025).

Di tengah keramaian koper dan langkah yang tergesa, seorang perempuan lanjut usia perlahan menuruni anak tangga bus. Tubuhnya sedikit membungkuk, tapi langkahnya mantap dan penuh semangat.

Dialah Sutiah binti Sunyoto, perempuan asal Sidomulyo, Lampung Selatan, yang tercatat sebagai calon jemaah haji (CJH) tertua dari Provinsi Lampung tahun 2025.

Di usianya yang telah menyentuh angka 107 tahun, Sutiah tak hanya membawa bekal ibadah ke Tanah Suci, tapi juga kisah hidup lebih dari satu abad yang sarat ketabahan dan ketulusan.

Lahir pada 3 Oktober 1917, Sutiah telah menyaksikan berbagai zaman berganti. Namun, semangatnya tetap menyala.

Tanpa kursi roda atau bantuan alat bantu jalan, ia memilih menapaki pelataran menuju aula penerimaan jemaah dengan kakinya sendiri.

"Alhamdulillah saya masih sehat gak pernah sakit, kalau sakit paling cuma minum Oscadon. Gak ada minum obat aneh-aneh," kata dia saat dimintai keterangan.

Kesehatannya hingga usia ratusan tahun bukan tanpa alasan, ia mengaku tidak pernah mengkonsumsi makanan yang tidak sehat.

"Makannya emang gak makan telor, ayam potong gak makan, ikan laut yang bagus yang jelek gak mau yang dimakan daun singkong, kangkung," kata dia.

Sehari-hari, Sutiah menjalani hidup yang bersahaja. Ia masih menyapu halaman rumah sendiri, mencabut rumput liar, dan sesekali menengok sawah kecil milik almarhum suaminya.

"Sehari-hari gak ada usaha, cuma nyabutin rumput depan rumah. Uang hajinya dari nanem jagung, nanem padi dikit-dikit," imbuhnya.

Ditinggal suami sejak lama, Sutiah kini ditemani oleh kedelapan anaknya dan juga cucu-cucunya. Meski begitu, semangat mandirinya tak pernah luntur.

Ia mengikuti proses pendaftaran haji sendiri, hadir dalam manasik, dan menjalani setiap tahapan persiapan dengan tekun.

Bagi Sutiah, perjalanan haji ini bukan sekadar kewajiban agama. Ini adalah puncak dari doa panjang yang tak pernah padam, doa yang disematkan dalam hidup yang penuh kerja keras, kesederhanaan, dan ketabahan luar biasa.

"Pengen doa di Mekanhmau wirid minta selamat, sehat, panjang umur. Haji tahun ini enak, bahagia, seneng mau berangkat haji," tuturnya. (*)