• Rabu, 18 Juni 2025

Guru Diminta Berinovasi, Integrasikan Teknologi dalam Metode Pengajaran di Sekolah

Selasa, 17 Juni 2025 - 13.49 WIB
76

Anna Morinda, saat menyampaikan materi Workshop Peningkatan Performa Sekolah Berbasis High Quality Service. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) kini menjadi tantangan baru yang menguji ketahanan dan kreativitas para pendidik. Dalam dunia pendidikan yang terus bergerak maju, para guru dituntut tak hanya menjadi pengajar, tetapi juga pembelajar aktif yang mampu mengintegrasikan teknologi ke dalam metode pengajaran mereka.

Di tengah sorotan terhadap peran sekolah dalam membentuk generasi masa depan, seruan untuk berinovasi dan memanfaatkan AI menjadi semakin mendesak.

Hal ini menjadi sorotan utama dalam Workshop Peningkatan Performa Sekolah Berbasis High Quality Service yang digelar di Kampus 2 SD Muhammadiyah Metro Pusat, Selasa (17/6/2025).

Dalam kegiatan yang mengusung tema Optimalisasi Peran Guru dan Tenaga Pendidikan sebagai Agen Pelayanan Berkualitas, Anna Morinda hadir sebagai pemateri dan menyampaikan sejumlah catatan kritis terhadap arah pendidikan saat ini.

Anna, sosok inspiratif yang pernah menjabat Ketua DPRD Kota Metro periode 2014–2019, menegaskan bahwa AI bukan sekadar alat bantu, tetapi telah menjadi aktor baru yang mengubah wajah dunia kerja dan pendidikan.

"Tantangan guru ke depan yang pertama adalah AI. Yang kedua, adalah mesin atau robot. Banyak pekerjaan manusia yang akan hilang di tahun 2030 dan digantikan oleh mesin,” kata Anna kepada awak media.

Menurutnya, tantangan masa depan tidak bisa dijawab dengan metode lama. Dunia pendidikan harus mulai membekali siswa dengan keterampilan yang relevan, seperti data science, analitik, dan kemampuan adaptasi terhadap teknologi.

Namun di sisi lain, wanita yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Bina Muda Kwarda Pramuka Provinsi Lampung itu menekankan pentingnya mempertahankan esensi manusia dalam pendidikan rasa.

“Masih ada masa depan untuk guru, karena robot tidak memiliki rasa. Rasa inilah yang membedakan manusia dan mesin. Maka dari itu, guru tetap penting, karena hanya guru yang bisa mendampingi dan memahami murid secara utuh,” ujarnya.

Anna juga menekankan pentingnya sekolah dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kompetitif dan adaptif, terutama dalam menumbuhkan generasi yang tidak hanya mengonsumsi teknologi, tetapi juga mampu menciptakan inovasi dan pengakuan global atau recognition.

“Sekolah hari ini harus bisa menciptakan murid yang mampu membangun pencapaian, bukan hanya mengikuti arus. Para guru harus siap mendampingi murid agar mampu menciptakan masa depannya sendiri,” tegasnya di hadapan puluhan guru satuan pendidikan Muhammadiyah se Kota Metro.

Anna yang juga merupakan aktivis perempuan tersebut memberikan penekanan bahwa kualitas pendidikan tidak hanya diukur dari nilai rapor, tetapi dari sejauh mana sekolah menjadi ruang yang menyenangkan dan memerdekakan anak-anak dalam berpikir dan bertumbuh.

“Mendidik anak bukan hanya soal mengajar mata pelajaran, tetapi juga tentang mempersiapkan mereka menghadapi dunia yang terus berubah. Guru harus hadir sebagai pendamping, bukan sekadar pengisi papan tulis,” pungkasnya.

Pernyataan Anna Morinda mendapat sambutan hangat dari kalangan guru yang hadir. Anto, salah satu guru SD Muhammadiyah Metro Pusat, menyatakan dukungannya terhadap transformasi pendidikan yang selaras dengan perkembangan zaman.

“Saya sebagai guru mendukung perkembangan teknologi itu. Kita tidak bisa menolak zaman, justru harus belajar bersamanya. Teknologi bisa membantu guru dalam mempersonalisasi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan tiap murid,” ujar Anto.

Hal serupa juga disampaikan Suryani, guru lainnya yang turut serta dalam workshop tersebut. Menurutnya, AI bisa menjadi alat bantu yang luar biasa jika digunakan dengan bijak.

“AI tidak harus menjadi ancaman. Justru bisa menjadi sahabat guru dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi pembelajaran,” ungkapnya.

Lebih dari sekadar pemahaman teknologi, workshop ini menjadi ruang refleksi tentang bagaimana dunia pendidikan harus bergeser dari pendekatan konvensional menuju model pendidikan yang holistik dan berbasis pelayanan prima.

Diketahui, Workshop tersebut akan berlangsung selama empat hari, dari tanggal 17 hingga 20 Juni 2025, dan diikuti oleh puluhan guru dari berbagai sekolah dasar Muhammadiyah di Metro. Selain materi dari Anna Morinda, sejumlah pemateri lain dari praktisi pendidikan, psikolog, dan teknologi juga akan mengisi sesi pelatihan ini.

Kegiatan ini diharapkan menjadi motor penggerak perubahan iklim pendidikan di Kota Metro, di mana guru tak lagi hanya berada di ruang kelas, tetapi menjadi navigator yang mengarahkan anak-anak menembus batas zaman, menghadapi AI, bukan dengan takut, melainkan dengan kesiapan dan semangat pembelajaran tanpa henti. (*)