Antre Panjang dan Dapat Satu Tabung, Warga Keluhkan Operasi Pasar Gas Melon Pemkab Tanggamus

Tampak warga mengantre untuk mendapatkan gas LPG 3 Kilogram. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Tanggamus –
Ratusan warga Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, tampak memadati dua
titik operasi pasar gas elpiji 3 kilogram yang digelar oleh Pemerintah
Kabupaten Tanggamus bekerja sama dengan PT Pertamina Patra Niaga, Jumat
(4/7/2025).
Kegiatan ini dilaksanakan secara
serentak di Terminal Kotaagung dan Taman Soekarno untuk meredam lonjakan harga
dan menjawab keluhan warga atas kelangkaan gas bersubsidi.
Sebanyak 560 tabung elpiji 3 kg
disediakan dalam kegiatan ini, masing-masing 280 tabung untuk setiap lokasi.
Harga ditetapkan sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp20.000 per tabung,
dengan syarat setiap pembeli harus menunjukkan kartu identitas (KTP) dan hanya
boleh membeli satu tabung.
Plt Kepala Bagian Perekonomian
dan Sumber Daya Alam (SDA) Setdakab Tanggamus, Evi Selvia menjelaskan, operasi
pasar ini merupakan bentuk kehadiran pemerintah dalam mengatasi persoalan dasar
warga.
“Hari ini kami menyalurkan 560
tabung langsung ke masyarakat dengan harga eceran tertinggi (HET) yang telah
ditentukan, yaitu Rp20 ribu per tabung. Warga wajib menunjukkan KTP, dan satu
orang hanya bisa mendapatkan satu tabung,” ujar Evi.
Namun, di balik antusiasme
tersebut, tidak sedikit warga yang mengeluhkan prosedur pembelian yang dinilai
merepotkan. Mereka harus mengantre sejak pagi, membawa fotokopi KTP, dan
menunggu berjam-jam hanya untuk satu tabung gas.
“Ribet, sudah nganter terus
nyerahin fotokopi KTP, dapetnya hanya satu tabung,” keluh Hendi (37), warga
Pekon Negeri Ratu.
Senada dengan Hendi, seorang ibu
rumah tangga bernama Lela (42) juga menyuarakan keluhannya. Ia berharap ke
depannya distribusi gas lebih lancar agar warga tidak perlu lagi mengantre
panjang setiap kali ada operasi pasar.
“Harusnya stok di pangkalan
diperbanyak saja. Kalau seperti ini terus, capek juga. Sudah nunggu lama, belum
tentu kebagian,” ujarnya sambil menggendong anaknya.
Sementara itu, Wahyudin (50),
warga lainnya, mengaku terpaksa ikut antre karena harga di pengecer sudah tidak
masuk akal. “Kalau beli di warung, bisa Rp30.000 ke atas. Makanya saya
bela-belain datang dari pagi ke sini,” ucapnya.
Pantauan di lapangan menunjukkan
kelangkaan gas melon di Kabupaten Tanggamus telah berlangsung cukup lama. Meski
Pertamina menyatakan distribusi tetap berjalan normal, realitanya masyarakat
masih harus mencari ke berbagai tempat tanpa kepastian ketersediaan.
Kondisi diperparah oleh praktik
spekulan dan pengecer nakal yang memainkan harga di atas HET, menambah beban
masyarakat kecil yang sangat bergantung pada gas elpiji bersubsidi.
Seorang warga lainnya, Anwar,
mendesak pemerintah dan aparat penegak hukum untuk bertindak lebih serius.
“Kami minta masalah ini ditangani
dengan tegas. Jangan hanya operasi pasar sesaat, tapi pengawasannya juga harus
ketat. Kalau dibiarkan, masyarakat akan semakin kesulitan,” tegasnya.
Pemerintah Kabupaten Tanggamus
berkomitmen akan terus mengawasi distribusi LPG 3 kg dan meningkatkan
koordinasi dengan Pertamina serta pihak keamanan untuk menekan permainan harga
dan memastikan gas bersubsidi benar-benar sampai ke tangan yang berhak. (*)
Berita Lainnya
-
Tradisi Adat Pangan Balak Warnai HUT Desa Sukajaya di Tanggamus, Ketika Warisan Budaya Menyatukan Warga
Jumat, 04 Juli 2025 -
Pemkab Tanggamus Targetkan Angka Stunting Turun Jadi 14 Persen pada 2025
Jumat, 04 Juli 2025 -
Teror Buaya Way Semaka Berakhir, Sang Predator Berhasil Ditangkap
Jumat, 04 Juli 2025 -
Buaya Sang Predator Ganas Penghuni Sungai Terbesar di Tanggamus Diburu
Kamis, 03 Juli 2025