Menjemput Dunia Lewat Akar, Budaya Lampung dalam Jejak Pacu Jalur, Oleh: Dr. Koderi, M.Pd

Dr. Koderi, M.Pd, Dosen dan Pengamat Pendidikan Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung. Foto: Ist.
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Viralnya Pacu Jalur dari Kuantan Singingi, Riau, di berbagai platform media sosial bukan sekadar kebetulan atau sensasi sesaat.
Itu merupakan fakta nyata bahwa budaya lokal, jika dikemas dengan makna dan energi generasi muda, mampu menembus batas ruang digital dan menyapa mata dunia.
Berangkat dari kejadian ini, kita menemukan satu pelajaran penting: akar budaya bisa menjadi jembatan menuju dunia internasional. Maka pertanyaannya, di mana posisi budaya Lampung dalam gelombang ini?
Budaya yang Kaya, Perlu Membuka Dunia
Lampung memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Mulai dari kain tapis yang indah dan sakral, tari Sigeh Pengunten yang anggun, falsafah Piil Pesenggiri yang menjunjung kehormatan, hingga tradisi nyeruit yang penuh nilai kebersamaan. Namun, harus diakui, kekayaan ini belum tampil maksimal di mata dunia.
Budaya yang kaya masih diam, berjalan perlahan, belum memasuki arena viralitas yang menghidupkan kembali Pacu Jalur.
Pacu Jalur memberi kita inspirasi. Bukan hanya soal lomba perahu, tetapi tentang semangat, kolaborasi, ekspresi anak muda, dan keberanian tampil menjadi kombinasi yang menggugah perhatian global.
Budaya Lampung bisa dan seharusnya melakukan hal yang sama. Bukan untuk sekadar viral, tetapi untuk menghidupkan kembali makna, martabat, dan peran budaya dalam membentuk karakter masyarakat lokal yang mendunia.
Anak Muda sebagai Motor Budaya
Anak-anak muda dalam Pacu Jalur menari di ujung perahu, penuh ekspresi dan kreativitas. Mereka bukan seniman profesional, tetapi tampil apa adanya, jujur, dan menyentuh. Di sinilah letak kunci keberhasilannya.
Kejujuran ekspresi budaya, dikombinasikan dengan kekuatan media digital, mampu menyampaikan pesan universal.
Budaya Lampung membutuhkan ruang yang sama. Anak muda Lampung harus menjadi pemain utama, bukan hanya penonton. Mereka perlu diberi akses, panggung, dan pelatihan untuk mengolah budaya menjadi konten yang edukatif, visual, dan inspiratif.
Tapis bisa menjadi kampanye gaya hidup ramah budaya. Tari Sigeh Pengunten bisa tampil dalam animasi atau augmented reality. Nyeruit bisa dikemas sebagai konten makan bersama bernilai kekeluargaan global. Teknologi bukan ancaman, tetapi alat perluasan nilai.
Dari Lokal ke Global: Narasi dan Strategi
Menjemput dunia bukan berarti meninggalkan akar. Justru akar adalah kekuatan paling otentik yang dicari dunia global yang sedang jenuh akan budaya instan dan plastik. Oleh karena itu, budaya Lampung harus hadir dengan tiga kekuatan utama :
- Nilai: Angkat makna filosofis, bukan sekadar pertunjukan.
- Narasi: Kisahkan manusia, perjuangan, dan sejarah di balik budaya.
- Kreativitas: Sajikan dengan format modern TikTok, YouTube, Instagram, video pendek, musik, film, virtual tour, dan lainnya.
Di sinilah sinergi antara masyarakat adat, akademisi, pemerintah daerah, dan komunitas digital menjadi penting.
Kebijakan budaya tidak boleh hanya berhenti pada pelestarian, tetapi harus bergerak menuju pemberdayaan dan diplomasi budaya.
Budaya sebagai Guru Dunia
Pacu Jalur telah menunjukkan bahwa budaya lokal bisa membuat dunia tersenyum, kagum, bahkan belajar. Maka, Lampung pun bisa memberikan hal serupa.
Piil Pesenggiri mengajarkan integritas. Tapis mengajarkan ketekunan. Sigeh Pengunten mengajarkan rasa hormat. Nyeruit mengajarkan kebersamaan.
Bukankah semua itu adalah nilai-nilai global yang hari ini justru langka?
Dengan pendekatan yang tepat, budaya Lampung tidak hanya bisa tampil di panggung dunia, tetapi juga menjadi guru karakter global, memberi warna dalam keberagaman, dan menunjukkan bahwa akar budaya bukan penghambat kemajuan, melainkan pijakan untuk melompat ke masa depan.
Jejak Pacu Jalur telah membuka jalan. Sekarang saatnya Lampung menyusul, membawa akar budayanya, menari dengan jati dirinya, dan menyapa dunia dengan wajah lokal yang mendunia.
Karena pada akhirnya, budaya yang hidup bukan hanya yang dilestarikan, tetapi yang menginspirasi dan menggerakkan dunia. (*)
Berita Lainnya
-
Konflik Manusia dan Harimau di Lampung Barat: Ketika Ruang Hidup Satwa Liar Dirusak, Nyawa Manusia Jadi Taruhan, Oleh: Echa Wahyudi
Jumat, 11 Juli 2025 -
Kelangkaan Gas LPG dan Jalan Panjang Menuju Distribusi Yang Adil, Oleh: Echa Wahyudi
Rabu, 09 Juli 2025 -
Delapan Pejabat Tak Dilantik, Antara Peringatan dan Pesan Politik, Oleh: Arby Pratama
Sabtu, 05 Juli 2025 -
Rolling Pejabat dan Harapan Rakyat, Oleh: Arby Pratama
Jumat, 04 Juli 2025