• Jumat, 01 Agustus 2025

Banjir Rendam SMPN 2 Semaka Tanggamus, Proses Belajar Dihentikan Sementara

Rabu, 30 Juli 2025 - 13.55 WIB
51

Tampak beberapa siswa sekolah gotong royong membersihkan sekolah mereka yang kebanjiran. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Tanggamus - Aktivitas belajar mengajar di SMP Negeri 2 Semaka, Kabupaten Tanggamus, terpaksa dihentikan sementara setelah sekolah tersebut kembali terendam banjir akibat luapan Sungai Way Semaka, Rabu (30/7/2024) dini hari.

Air sungai yang meluap masuk ke area sekolah dan menggenangi sejumlah ruangan penting, seperti ruang kelas, laboratorium IPA, ruang keterampilan, ruang OSIS, dan ruang Bimbingan Konseling (BK).

Genangan air bercampur lumpur cukup parah karena bangunan sekolah, khususnya gedung lama, memiliki pondasi yang rendah.

“Hari ini kami fokus bersih-bersih, karena banyak lumpur di ruang kelas. Insyaallah besok sudah bisa kembali belajar aktif seperti biasa,” ujar Kepala SMPN 2 Semaka, Buang Rianto, Rabu (30/7/2025).

Buang menjelaskan bahwa banjir bandang tersebut terjadi akibat intensitas hujan tinggi yang menyebabkan Way Semaka meluap.

Sekolah yang berada di dataran lebih rendah dari aliran sungai itu menjadi langganan banjir setiap musim hujan.

“Kami memiliki lima gedung lama yang pondasinya rendah. Itu selalu tergenang setiap kali banjir. Berbeda dengan gedung baru yang pondasinya sudah tinggi, sehingga lebih aman,” jelasnya.

Menurut Buang, saat ini jumlah siswa SMPN 2 Semaka mencapai 430 orang lebih, dan seluruhnya telah diarahkan untuk belajar dari rumah selama proses pembersihan berlangsung.

“Hari ini hujan turun deras lagi. Mudah-mudahan tidak banjir lagi, supaya besok kegiatan belajar mengajar bisa kembali normal,” imbuhnya.

Pihak sekolah bersama guru, staf, dan beberapa siswa yang tinggal di sekitar lokasi sudah melakukan kerja bakti untuk membersihkan lumpur dan perabotan yang terdampak.

Namun, genangan yang terjadi dinilai menjadi sinyal perlunya perhatian serius dari pemerintah.

“Harapan kami, gedung-gedung lama itu bisa ditinggikan pondasinya agar tidak terus menjadi langganan banjir. Ini bukan hanya merusak fasilitas, tapi juga mengganggu hak siswa untuk mendapatkan pembelajaran yang layak,” ujar Buang. (*)