• Jumat, 01 Agustus 2025

‎Sebanyak 340 KK di Atar Lebar Tanggamus Terisolir, Warga Seberangi Sungai Manual Setelah Jembatan Diterjang Banjir

Kamis, 31 Juli 2025 - 21.15 WIB
228

‎Kondisi jalan dan jembatan di Way Tuba pasca diterjang banjir bandang. Foto: Sayuti/kupastuntas.co

‎Kupastuntas.co, Tanggamus – Sebanyak 340 kepala keluarga (KK) di Pekon Atar Lebar, Kecamatan Bandar Negeri Semuong, Kabupaten Tanggamus, kini hidup dalam keterisolasian.

Jembatan darurat yang selama ini menjadi satu-satunya akses penghubung ke luar wilayah ambruk diterjang banjir bandang pada Selasa, 29 Juli 2025 lalu.

‎Tak ada pilihan lain, warga terpaksa menyusuri jalan setapak di tepi sungai demi mencapai Pekon Sanggi. Dari sana, mereka harus menyeberangi Sungai (Way) Tuba secara manual, tanpa jembatan, tanpa pengaman, hanya bertumpu pada keberanian dan kehati-hatian.

‎Jalur darurat ini menjadi satu-satunya harapan untuk melanjutkan kehidupan,  mengantar anak ke sekolah, membeli kebutuhan di pasar, hingga berobat ke puskesmas, serta ke kantor kecamatan.

‎"Kami harus bawa anak-anak sekolah melewati sungai. Kalau hujan turun lagi, kami tidak berani. Sudah dua hari ini anak saya tidak sekolah karena takut hanyut," ujar Sukiman (47), warga Atar Lebar, dengan wajah cemas.

‎Menanggapi kondisi itu, Kapolsek Wonosobo Iptu Tjasudin, bersama sejumlah anggotanya melakukan peninjauan langsung ke lokasi jembatan yang rusak, Kamis (31/7/2025).

Ia didampingi staf kecamatan Dewa Ardika dan Sekretaris Pekon Sanggi, Jarmansyah.

‎“Jembatan ini sangat vital. Tanpa akses ini, mobilitas warga terputus total. Mereka harus mempertaruhkan keselamatan saat melintasi sungai,” ujar Iptu Tjasudin, kepada wartawan.

‎Selain jembatan utama yang ambruk, satu jembatan lain sekitar 100 meter dari lokasi juga mengalami kerusakan berat.

‎“Kami sudah komunikasi dengan BPBD. Informasinya, akan segera dibangun kembali jembatan darurat sebagai solusi sementara,” ujar Kapolsek.

‎Warga berharap pembangunan bisa dipercepat. Selain mobilitas, ketiadaan akses juga mengganggu distribusi logistik, termasuk bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya.

‎"Kalau hujan deras turun lagi dan sungai meluap, kami benar-benar terisolasi. Kami mohon pemerintah segera bantu perbaikan," kata Yuliana (38), ibu dua anak yang setiap pagi membawa hasil kebunnya ke pasar.

‎Dengan kondisi geografis yang bergunung dan aliran sungai yang deras, masyarakat berharap adanya solusi jangka panjang berupa jembatan permanen yang lebih kuat menghadapi banjir tahunan. (*)