Angka Putus Sekolah Tinggi, Disdikbud Metro Janji Validasi Ulang Data Pendidikan

Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Metro, Deddy Hasmara . Foto: Arby/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Metro - Predikat Kota
Pendidikan kembali menjadi sorotan setelah terungkap tingginya angka warga
Metro yang tidak menamatkan sekolah. Data yang dipaparkan Wakil Wali Kota
Metro, Dr. M. Rafieq Adi Pradana, menyebut masih ada hampir seperempat warga
Metro tidak pernah sekolah serta dominasi lulusan SD dan SMP yang cukup besar.
Fakta ini membuat publik mempertanyakan
keseriusan pemerintah menjaga reputasi Metro sebagai Kota Pendidikan.
Menanggapi hal itu, Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud)
Kota Metro, Deddy Hasmara mengatakan pihaknya akan segera melakukan validasi ulang
data untuk memastikan tingkat akurasi angka putus sekolah di Metro.
“Pertama kita akan coba validasi lagi. Bisa
jadi data itu berdasarkan catatan beberapa tahun belakangan, bukan kondisi
terkini. Karena berdasarkan inventarisasi kami, anak-anak saat ini relatif
bersekolah, hanya saja memang orang tuanya sebagian besar ada yang hanya
lulusan SD dan SMP,” kata Deddy saat dikonfirmasi awak media, Selasa
(26/8/2025).
Meski demikian, Deddy menegaskan bahwa satu
anak putus sekolah saja sudah terlalu banyak. Ia berjanji akan melakukan
pengecekan data ulang.
“Apalagi jika datanya sampai beberapa persen.
Karena itu kita tidak menutup kemungkinan, tetap akan lakukan pengecekan
ulang,” tambahnya.
Selain soal validasi data, Disdikbud Metro
juga mengarahkan perhatian pada aspek lain yang memengaruhi kualitas
pendidikan, mulai dari keamanan jajanan sekolah hingga masalah bullying.
“Untuk kantin sehat, kita sudah
sosialisasikan ke seluruh sekolah agar betul-betul memperhatikan kualitas
makanan yang ada di kantin. Ini penting untuk mendukung tumbuh kembang anak,”
ujar Deddy.
Ia menekankan pentingnya peran orang tua
dalam pengawasan. Menurutnya, gotong royong mengambil peran pengawasan
merupakan hal utama.
“Begitu anak-anak keluar dari sekolah,
tanggung jawab utama ada pada orang tua dan lingkungan. Jadi harus ada gotong
royong bersama,” ucapnya.
Terkait kasus perundungan (bullying), Deddy
menegaskan pihaknya terus mengingatkan guru agar berkomitmen maksimal
menciptakan lingkungan sekolah yang aman.
“Bullying ada banyak bentuk, baik fisik
maupun verbal. Kami sudah minta jajaran pendidik memperhatikan hal ini. Karena
walaupun lingkungan sekolah aman, bisa jadi pengaruh pergaulan luar terbawa ke
sekolah,” jelasnya.
Kepala SDN 2 Metro Timur, Zulkurnain
membenarkan bahwa masalah bullying masih kerap muncul di sekolah, namun
pihaknya telah membentuk tim inklusi atau Pokja yang melibatkan guru, orang
tua, komite sekolah, hingga tokoh lingkungan.
“Proses di sekolah sering kali merupakan
refleksi dari kondisi rumah. Siswa yang bermasalah di rumah biasanya terbawa ke
sekolah. Karena itu kami selalu berkoordinasi dengan orang tua agar masalah
bisa ditangani bersama,” kata Zulkurnain.
Ia juga mengklaim, selama kepemimpinannya,
tidak ada siswa yang putus sekolah di SDN 2 Metro Timur. Meski demikian, ada
beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar hingga memerlukan pendampingan
khusus.
“Untuk kasus seperti itu, kami mendatangkan
guru langsung ke rumah agar anak tetap bisa belajar. Alhamdulillah, dengan cara
itu, anak-anak tetap bisa melanjutkan sekolah meskipun menghadapi kesulitan,”
tandasnya.
Meski Disdikbud Metro berencana melakukan
validasi ulang data, sejumlah pihak menilai langkah ini tidak boleh sekadar
formalitas. Fakta rendahnya angka lulusan SMA hingga perguruan tinggi
menunjukkan bahwa akses pendidikan tinggi masih jauh dari ideal.
Sementara itu, persoalan non-akademis seperti
bullying, jajanan tidak sehat, hingga minimnya keterlibatan orang tua, juga
memperburuk ekosistem pendidikan di Metro.
Label Kota Pendidikan yang telah ditingkatkan
menjadi Kota Cerdas selama ini menjadi kebanggaan Metro kini menghadapi ujian
serius. Tanpa langkah konkret mulai dari validasi data, intervensi kebijakan
yang menyentuh akar masalah, hingga kolaborasi orang tua dan sekolah, predikat
itu bisa kehilangan maknanya. (*)
Berita Lainnya
-
Sandang Predikat Kota Pendidikan, Seperempat Penduduk Metro Tak Sekolah
Selasa, 26 Agustus 2025 -
Metro Pusat Jadi Episentrum Kemiskinan, Aktivis Soroti Kebijakan Pemkot
Selasa, 26 Agustus 2025 -
Diduga Gegara Bakar Sampah, Lahan Pemakaman Tionghoa di Metro Terbakar
Senin, 25 Agustus 2025 -
Wakil Walikota Ungkap Ada ASN di Metro 10 Hari Bolos Kerja
Senin, 25 Agustus 2025