• Rabu, 27 Agustus 2025

Datar Lebuay Desa Penghasil Kopi di Tanggamus Mimpikan Jalan Beraspal

Rabu, 27 Agustus 2025 - 13.22 WIB
46

Anak sekolah di Pekon Datar Lebuay setiap hari harus berjibaku lewat jalan tanah. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Tanggamus - Di sebuah pagi yang basah di Pekon Datar Lebuay, Kecamatan Airnaningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung, langkah kecil anak-anak sekolah terhenti di depan kubangan lumpur. Jalan yang semalam diguyur hujan berubah licin, membuat sepatu mereka tenggelam hingga mata kaki. Ada yang akhirnya melepas sandal, berjalan bertelanjang kaki, sekadar agar tidak jatuh. Sementara para orang tua hanya bisa menghela napas panjang.

“Kalau sudah musim hujan, jalan kami seperti sawah. Kasihan anak-anak, pulang sekolah bajunya penuh lumpur,” ucap Ernawati, seorang ibu 3 anak, suaranya lirih namun penuh harap, Rabu (27/8/2025).

Datar Lebuay bukan sekadar pekon (desa) di lereng hijau Tanggamus. Puluhan tahun lamanya, ia hidup dari kopi robusta, yang tumbuh subur di ladang-ladang rakyat. Aroma biji kopi kering yang dijemur di halaman rumah kerap menjadi penanda, bahwa di sini kopi bukan hanya komoditas, melainkan bagian dari denyut nadi kehidupan.

Namun, perjuangan petani selalu terganjal di satu titik, yaitu jalan rusak. Hasil panen yang seharusnya segera sampai ke pasar, sering terhambat. Biaya angkut pun membengkak, bahkan kadang menekan keuntungan.

“Kalau jalan ini mulus, kami bisa lebih cepat bawa kopi ke pasar. Sekarang, jangankan mobil, motor saja sering tergelincir,” kata Indra,seorang petani muda, sembari menepuk-nepuk karung kopi yang siap dijual.

Harapan itu kembali disuarakan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (MusrenbangDes) 2025, beberapa waktu lalu. Di aula sederhana kantor pekon, warga duduk berdampingan dengan aparat desa, tokoh masyarakat, camat, hingga perwakilan TNI-Polri.

Ada dua usulan utama yang lahir dari suara bersama yakni, hotmix jalan desa sepanjang 5 kilometer dari Dusun Beringin IV hingga Kuningan Sari, serta pembangunan jembatan penghubung ke Pekon Airnaningan.

“Ini bukan sekadar proyek, tapi kebutuhan hidup. Jalan ini urat nadi desa. Kami ingin usulan ini benar-benar jadi prioritas, bukan sekadar catatan tahunan,” ujar Suhartono, Kepala Pekon Datar Lebuay.

Ironisnya, di balik jalan tanah yang rusak itu, Datar Lebuay menyimpan pesona alam menakjubkan. Setidaknya ada empat air terjun yang memikat hati siapa pun yang datang. Air Terjun Tirai, dengan aliran air setinggi 40 meter yang jatuh bak helaian tirai putih, menawarkan keindahan alami lengkap dengan rumah pohon dan pondokan sederhana untuk beristirahat.

Lalu, Air Terjun Jarum, sekitar 15 meter tingginya, kerap disebut “air terjun kembar” saat musim hujan karena alirannya terbelah dua. Air Terjun Queen, megah menjulang 50 meter, dikelilingi jembatan gantung yang menambah eksotisme.

Dan, Air Terjun Kukusan, tersembunyi jauh di hutan, hanya bisa dijangkau dengan trekking panjang, namun menghadirkan pemandangan yang membayar segala lelah.

Suara gemericik air yang jatuh di sela bebatuan, udara sejuk pegunungan, dan hijaunya kebun kopi menciptakan harmoni yang nyaris sempurna, sayangnya, keindahan itu terhalang oleh akses jalan yang tak bersahabat.

Menurut data BPS, penduduk Pekon Datar Lebuay berjumlah 2.448 jiwa. Sebagian besar adalah petani kopi, sebagian lainnya berdagang kecil atau bekerja sebagai buruh tani. Hidup mereka sederhana, namun penuh kegigihan.

Ketika musim panen kopi tiba, jalan yang seharusnya menjadi pintu rezeki justru berubah menjadi tantangan. Begitu juga bagi anak-anak sekolah, yang setiap hari menempuh perjalanan berisiko hanya untuk meraih mimpi di bangku belajar.

Datar Lebuay adalah cermin dari desa-desa lain di Kabupaten Tanggamus, yakni kaya akan potensi, indah dalam panorama, tetapi terbelenggu oleh keterbatasan infrastruktur.

“Jalan ini adalah doa kami setiap hari. Semoga kali ini benar-benar dijawab, agar anak-anak bisa aman sekolah dan kopi kami bisa keluar tanpa hambatan,” ucap Ustadz Nanda, seorang tokoh agama Datar Lebuay.

Di antara aroma kopi, suara anak-anak, dan gemuruh air terjun, warga Datar Lebuay masih menunggu. Menunggu sebuah janji sederhana, yaitu jalan mulus untuk masa depan yang lebih baik. (*)