• Senin, 08 September 2025

Jalan Lintas Barat Tanggamus Rusak Parah, Warga Desak Perbaikan Permanen

Senin, 08 September 2025 - 09.27 WIB
49

Pengendara sepeda motor terpaksa mengurangi kecepatan dan zig-zag menghindari lubang di Jalinbar kawasan SPBU Kotaagung. Jalur nasional ini kian memprihatinkan, padahal menjadi urat nadi transportasi. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Tanggamus – Kondisi Jalan Lintas Barat (Jalinbar) di Kabupaten Tanggamus, terutama dari Kotaagung, Kotaagung Timur, hingga Gisting, kini kian memprihatinkan. Ruas jalan vital yang menjadi penghubung Provinsi Lampung dan Bengkulu itu berubah menjadi ladang jebakan maut akibat lubang-lubang menganga, jalan ambles, dan aspal yang mengelupas.

Pantauan di lapangan, lubang-lubang besar bermunculan di sepanjang ruas jalan, seperti di SPBU Kotaagung, SDN 4 Kuripan, kantor Balai Besar TNBBS, Makodim 0424/Tanggamus hingga wilayah Beton Tanjung Jati. Kondisi terparah terjadibdi kelokan Batu Kramat (perbatasan Pekon Tanjung Jati–Batu Keramat), selepas tugu perbatasan Kotaagung Timur–Gisting, hingga kawasan Pasar Gisting dan Kecamatan Gunung Alip.

Tambalan aspal yang baru dipasang pada Agustus 2025 kini sudah rontok, lubang lama melebar, dan lubang kecil menjelma menjadi perangkap besar bagi kendaraan, bahkan tercipta lubang-lubang baru berbagai ukuran.

Situasi makin berbahaya ketika hujan turun. Lubang-lubang yang tertutup air keruh berubah menjadi jebakan maut yang sulit terdeteksi pengendara. “Kalau malam lebih ngeri lagi, lampu kendaraan tidak bisa memperlihatkan seberapa dalam lubang itu,” kata Dedi, seorang warga Kotaagung.

Di ruas Pekon Tanjung Jati, Kecamatan Kotaagung Timur, jalan ambles di atas jembatan Tulung Batu Kebulung juga menambah daftar titik rawan. Ironisnya, jalan nasional yang semestinya dirawat dengan baik, justru hanya ditambal seadanya menggunakan plat besi. Bukan solusi, penanganan darurat ini justru menimbulkan risiko tergelincir, terutama bagi kendaraan roda dua.

Keluhan datang dari para pengguna jalan. Suhartono, seorang sopir travel asal Pesisir Barat mengaku mobilnya rusak akibat terperosok ke lubang. “Waktu itu saya lewat malam, saya kira lubangnya tidak dalam, ternyata dalam sekali. Langsung kaki-kaki mobil saya bunyi, kayak ada yang bengkok,” tuturnya.

Tokoh masyarakat Tanggamus, Akhmadi Sumaryanto, mengecam proyek tambal sulam yang dinilai sia-sia dan memboroskan anggaran.

“Baru sebulan diperbaiki, aspalnya sudah rontok. Warga jadi korban setiap hari. Kami butuh solusi permanen, bukan tambalan sementara,” tegasnya.

Senada, aktivis kebijakan publik Panroyen mendesak aparat penegak hukum (APH) menindak tegas rekanan kontraktor yang diduga mengerjakan proyek asal-asalan dan tidak sesuai kontrak. “Ini jelas pekerjaan tidak sesuai standar. Rekanan harus bertanggung jawab, jangan sampai masyarakat jadi korban karena kelalaian,” katanya.

Panroyen juga menyoroti lemahnya pengawasan instansi terkait di lapangan. Menurutnya, absennya pengawasan memberi peluang kontraktor untuk bekerja seenaknya. “Instansi terkait harus ikut bertanggung jawab. Kalau pengawasan lemah, hasilnya ya seperti ini jalan baru ditambal, sebentar saja sudah rusak,” ujarnya.

Ruas Jalinbar ini berada di bawah tanggung jawab Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN). Namun hingga kini, belum ada tanda-tanda perbaikan menyeluruh. Padahal jalur ini semakin padat, baik pada hari kerja maupun akhir pekan, karena menjadi urat nadi distribusi logistik, transportasi masyarakat, hingga arus wisata.

Minimnya perhatian pemerintah pusat dan daerah memicu kekecewaan masyarakat. Seorang pegawai Pemkab Tanggamus yang enggan disebut namanya menyampaikan harapan sederhana: “Mudah-mudahan segera diperbaiki. Jangan sampai ada korban kecelakaan,” ujarnya.

Desakan publik kian nyaring. Warga menuntut BPJN bersama pemerintah provinsi dan kabupaten segera menepati janji kampanye memperbaiki jalan. “Jangan menunggu jalan ini viral dulu baru diperbaiki. Jalan ini bukan sekadar infrastruktur, tapi urat nadi keselamatan warga,” ujar Anton, warga Kecamatan Gisting, dengan nada penuh kecewa.

Kerusakan Jalinbar ini berdampak serius terhadap keselamatan. Data Satlantas Polres Tanggamus mencatat lonjakan tajam kasus kecelakaan di ruas vital tersebut, dari 45 kasus pada 2023 menjadi 126 kasus sepanjang 2024. Korban meninggal dunia bertambah dari 39 orang menjadi 45 orang, sementara korban luka berat dan ringan meningkat signifikan. (*)