• Selasa, 09 September 2025

Menu MBG di Tanggamus Dinilai Tidak Layak

Senin, 08 September 2025 - 11.55 WIB
322

Penampakan Menu MBG SD di Kecamatan Semaka dan Kotaagung. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Tanggamus – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Tanggamus menuai keluhan dari masyarakat. Menu yang dibagikan kepada siswa, baik di SD wilayah Kecamatan Semaka maupun SMAN 1 Kotaagung, dinilai jauh dari standar gizi dan porsi ideal yang dibutuhkan anak sekolah.

Di tingkat sekolah dasar (SD) di Kecamatan Semaka, dokumentasi yang beredar menunjukkan paket makan siang MBG hanya berisi seporsi nasi putih, dua potong tempe goreng, tiga butir bakso, sedikit tumis jagung dengan labu siam, serta sebuah pisang. Menu sederhana ini dianggap tidak seimbang untuk memenuhi kebutuhan gizi harian anak-anak.

“Kalau hanya nasi, tempe, bakso, sedikit tumisan, dan satu pisang, apa sudah layak disebut makan bergizi? Anak-anak butuh protein, vitamin, dan sayuran. Ini menu yang diterima anak kami hari ini,” ujar Rani, salah seorang orang tua murid di Semaka, Senin (8/9/2025).

Kondisi lebih memprihatinkan terlihat di SMAN 1 Kotaagung. Siswa hanya menerima sepotong roti tawar, telur goreng, dua biji lengkeng, satu stroberi kecil, potongan timun dan seledri, serta sambal saset. Menu ini dinilai minim nutrisi, tidak seimbang, dan tidak cukup memberi energi bagi remaja yang tengah berada dalam masa pertumbuhan.

“Kalau begini, anak-anak bukannya sehat, malah bisa kekurangan energi untuk belajar. Porsinya kecil, gizinya juga tidak seimbang,” keluh Adi, seorang wali murid di Kotaagung.

Mengacu pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019 dari Kementerian Kesehatan, anak usia 6–9 tahun memerlukan sekitar 1.650 kkal energi, 40 gram protein, 55 gram lemak, 250 gram karbohidrat, serta 23 gram serat per hari.

Sementara untuk remaja SMA, kebutuhan gizi harian bahkan lebih tinggi, bisa mencapai 2.100–2.400 kkal energi dengan porsi protein, vitamin, dan mineral yang lebih besar.

Selain itu, pedoman Isi Piringku Kemenkes menekankan pentingnya komposisi seimbang dalam setiap porsi makan: 50 persen sayur dan buah, serta 50 persen makanan pokok dan lauk berprotein. Tujuannya agar anak mendapatkan asupan karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan serat dalam jumlah cukup.

Jika dibandingkan dengan menu MBG yang dibagikan di Semaka maupun Kotaagung, jelas terlihat belum ada kesesuaian dengan standar tersebut. Porsi sayur dan buah sangat minim, variasi lauk kurang, serta kandungan protein dan serat jauh dari ideal.

Masyarakat menilai program yang sejatinya dirancang untuk memperbaiki gizi anak justru berisiko menjadi formalitas belaka tanpa pengawasan ketat. Mereka mendesak pemerintah daerah segera melakukan evaluasi menyeluruh, baik dari sisi menu, kualitas, maupun distribusi makanan.

“Kalau dibiarkan, tujuan program ini tidak akan tercapai. Anak-anak malah bisa kekurangan asupan yang seharusnya mereka dapatkan,” tambah Yudi, seorang wali murid di Semaka.

Hingga berita ini diturunkan, pihak dinas terkait belum memberikan penjelasan resmi atas keluhan masyarakat mengenai menu MBG di Kecamatan Semaka dan Kotaagung. (*)