• Senin, 13 Oktober 2025

Pastikan Selter Tanpa Titipan, Rafieq Sindir Oknum Pejabat Tak Waras

Senin, 13 Oktober 2025 - 08.20 WIB
418

Wakil Walikota Metro, Dr. M. Rafieq Adi Pradana saat menyampaikan pidato menohok dalam apel mingguan di kantor Pemkot Metro. Foto: Arby/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Wakil Walikota Metro, Dr. M. Rafieq Adi Pradana mengguncang suasana apel mingguan di halaman kantor Pemkot Metro dengan pidato yang terkesan menelanjangi wajah birokrasi, Senin (13/10/2025).

Rafieq menegaskan bahwa Seleksi Terbuka (Selter) Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama atau eselon II bukan ajang titipan, tapi ruang bagi pemimpin yang benar-benar hebat dan waras. Peryataan tersebut sontak mengubah suasana apel menjadi momentum moral dan peneguhan nilai bagi ASN.

Tanpa tedeng aling-aling, Rafieq menegaskan bahwa tidak ada pengantin titipan alias pejabat yang telah dipersiapkan. Kalimat itu meluncur tajam, menebas asumsi dan bisik-bisik yang kerap membayangi setiap proses seleksi pejabat di birokrasi.

Wakil Walikota Metro tersebut menandaskan bahwa Selter kali ini bukan panggung bagi para titipan, melainkan medan kompetisi bagi mereka yang benar-benar hebat dan memiliki kejiwaan yang waras.

"Selter ini adalah seleksi terbuka bukan seleksi tertutup. Semua yang memenuhi syarat tidak perlu khawatir karena semua punya kesempatan yang sama,” kata Rafieq dalam pidatonya.

Baginya, meritokrasi bukan jargon manis, melainkan benteng terakhir kehormatan birokrasi. Dalam sistem merit, posisi tidak diberikan karena kedekatan, tetapi karena kapasitas. Namun dalam praktik, publik tahu bahwa idealisme itu sering terkubur oleh budaya titipan atau rekomendasi politikus, loyalitas personal, hingga lobi senyap di ruang tertutup.

"Selter ini harus menjadi contoh. Informasikan ke publik setiap perkembangannya, jangan ada yang disembunyikan. Biar masyarakat tahu, Pemkot Metro tidak sedang bermain-main dengan integritas," ungkapnya.

Frasa hebat dan waras yang diucapkan Rafieq sontak menjadi sorotan. Menurutnya, waras bukan sekadar sehat pikiran, tapi juga sehat hati dan perilaku.

Pemimpin waras adalah mereka yang tidak menjadikan bawahan sebagai sasaran emosi, tidak menindas dengan jabatan, dan tidak mengubah kantor menjadi ruang ketakutan.

"Saya tidak akan sebutkan siapa orangnya. Tapi yang merasa, mari introspeksi diri. Pemimpin toksik adalah virus organisasi," sindirnya dalam pidato tersebut.

Ungkapan Wakil Wali Kota itu membuat suasana apel berubah menjadi ruang refleksi massal. Banyak ASN, dari eselon III hingga honorer, disebut telah mengadu soal kepemimpinan toksik alias tekanan tanpa alasan, keputusan sewenang-wenang, komunikasi yang menusuk, dan humor yang merendahkan.

Rafieq juga menegaskan bahwa pejabat yang memimpin dengan cara menakut-nakuti bawahan sesungguhnya sedang mengkhianati amanah jabatan.

Rafieq juga menyinggung hal yang jarang dibicarakan pejabat di forum resmi, yakni tentang aspek psikologis dalam kepemimpinan.

Menurutnya, seorang pemimpin harus mampu menjaga stabilitas emosi dan nalar sehat agar tidak terjebak dalam pola kepemimpinan manipulatif atau antikritik.

"Ukuran jabatan bukan hanya output kerja, tapi juga bagaimana kita menciptakan iklim yang sehat. Pegawai harus merasa aman untuk bertumbuh, bukan tertekan untuk bertahan,” tegasnya.

Dalam pandangan Rafieq, ada tiga pilar yang menentukan kualitas pejabat publik. Pertama soal Kompetensi, penguasaan substansi dan keputusan berbasis data.

Kedua, Integritas yang meliputi kejujuran, akuntabilitas, dan keberanian menolak titipan. Ketiga, kewarasan kepemimpinan atau kecakapan emosional untuk merawat, bukan melukai.

"Pemimpin yang waras adalah magnet kebaikan. Kehadirannya menenangkan, ucapannya menuntun, keputusannya mencerahkan," bebernya.

Pidato Rafieq ini terasa seperti cambuk bagi sebagian oknum pejabat yang terbiasa bersembunyi di balik jabatan. Di antara ASN, bisik-bisik tak terelakkan khususnya terkait siapa yang dimaksud pemimpin tak waras tersebut. Namun justru di situlah nilai pidato ini menohok. Ia tidak menyasar nama, melainkan mentalitas.

Ia tidak sedang menyerang, tetapi memanggil akal sehat birokrasi yang lama tertidur.

Dalam atmosfer politik lokal yang masih kental patronase, keberanian Rafieq menolak titipan jabatan adalah langkah yang jarang. Ia mengembalikan seleksi jabatan ke relnya, yaitu kompetisi terbuka, transparan, dan berbasis nilai.

Selter eselon II tahun ini bukan sekadar uji kompetensi, tapi juga uji nurani. Rafieq telah menancapkan pagar moral bahwa tidak ada tempat bagi pemimpin yang merasa paling benar, tidak mau dikritik, atau memperlakukan bawahan seperti alat.

"Yang merasa, introspeksi. Yang belum merasa, jaga diri agar tidak menjadi bagian dari yang disebut,” tandas Wakil Walikota.

Dalam lanskap birokrasi yang sering kali kehilangan rasa malu, pidato itu terdengar seperti pukulan telak ke dada sistem. Dan jika kata-kata masih punya kekuatan untuk mengguncang tatanan, maka pagi itu di Metro, kata "waras" resmi menjadi ukuran baru bagi pejabat publik.

Apakah pidato Rafieq hanya retorika atau benar menjadi laku baru birokrasi, waktu yang akan menjawab. Namun satu hal yang pasti, Metro kini punya seorang Wakil Wali Kota yang berani menyebut kewarasan sebagai syarat kepemimpinan di tengah budaya titipan.

Diketahui, Pemerintah Kota Metro telah resmi membuka Seleksi Terbuka (selter) untuk mengisi tiga Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (JPTP) eselon II-B pada 29 September 2025 lalu.

Kebijakan yang dituangkan dalam pengumuman Panitia Seleksi bernomor 15/PANSEL-JPTP/IX/2025 tersebut disebut sebagai bagian dari upaya menempatkan aparatur terbaik pada posisi strategis.

Tiga posisi yang dibuka adalah Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) serta Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Metro. (*)