• Minggu, 02 November 2025

‎Polemik Goodie Bag, Ponpes Minhajul Huda Lampura Tegaskan Tak Ada Penyelewengan Program MBG

Sabtu, 01 November 2025 - 19.41 WIB
75

Isi goodie bag dari dapur MBG Cempaka Putih, Lampung Utara. Foto: Ist.

‎Kupastuntas.co, Lampung Utara – Menanggapi polemik dugaan tidak disalurkannya goodie bag Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Pondok Pesantren Minhajul Huda, pihak Ponpes menegaskan bahwa tidak ada unsur penyelewengan dalam distribusi paket tersebut.

‎Menurut M. Yuskasahbari, Humas Ponpes Minhajul Huda, pihaknya hanya menerima dan menyalurkan paket yang dikirim oleh dapur MBG Cempaka Putih.

Ia menegaskan, ponpes tidak memiliki kewenangan untuk menambah atau mengurangi jatah yang dikirim dari dapur pelaksana.

‎“Ponpes hanya sebagai penerima dan penyalur ke santri. Jika ada kekurangan, kami langsung konfirmasi ke dapur MBG. Jadi tidak benar kalau kami yang menahan atau tidak membagikan. Bahkan pihak dapur MBG buk Yuli telah menghubungi kami bahwa akan ada susulan terkait boogie bag itu karena sedang mereka (dapur) telusuri dimana letak kekeliruan” ujarnya.

‎Sementara itu, sejumlah wali santri berharap agar kejadian serupa tidak terulang dan meminta agar pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis dijalankan secara transparan serta tepat sasaran.

‎Menanggapi pertanyaan publik apakah ada indikasi penyimpangan dalam pelaksanaan program tersebut, sejumlah pihak menilai perlu adanya evaluasi dan audit ringan terhadap sistem distribusi MBG, terutama di tingkat dapur penyedia.

‎Baca juga : Puluhan Santri Minhajul Huda Lampura Tak Dapat Jatah Goodie Bag MBG, Pihak Ponpes Beralasan Lupa

‎Camat Sungkai Jaya, Hamami F. Mega berjanji akan menindaklanjuti kejadian tersebut dan akan memintai keterangan dari pihak dapur MBG Cempaka Putih.

‎"kita baru ketahui adanya keluhan terkait penyaluran MBG maka secepatnya kita akan koordinasikan dengan dapur MBG nya" pungkas Hamami, Sabtu (01/11/2025).

‎Menurut informasi yang dihimpun, salah satu pegawai dapur MBG Cempaka Putih diketahui juga berstatus sebagai tenaga P3K guru di salah satu SMA Negeri 01 Sungkai Jaya dan kondisi ini memunculkan pertanyaan publik mengenai profesionalitas dan fokus kerja pengelola dapur MBG, mengingat program tersebut dibiayai dari dana pemerintah dan menyangkut kebutuhan gizi siswa.

‎“Kalau betul pegawai dapur itu juga ASN atau P3K aktif, seharusnya ada kejelasan status. Jangan sampai kerja rangkap yang bisa mengganggu kinerja pelayanan kepada anak-anak,” ujar salah satu warga yang enggan disebut namanya.

‎Selain persoalan administrasi, masyarakat juga mempertanyakan kualitas isi goodie bag yang dibagikan. Dari pantauan di lapangan, paket untuk hari Sabtu hanya berisi susu kotak kecil, sepotong roti, dan buah jeruk.

Sejumlah wali santri menilai komposisi tersebut masih jauh dari standar gizi seimbang yang dijanjikan pemerintah melalui program MBG.

‎“Kalau hanya roti dan susu kecil, apalagi jeruknya juga sering tidak segar, itu belum layak disebut makan bergizi. Pemerintah harus pantau ini, jangan hanya formalitas,” ujar salah satu orang tua santri MI Minhajul Huda.

‎Lebih lanjut, pada pengiriman hari Selasa lalu, murid SMA Negeri 01 Sungkai Jaya bahkan menemukan telur yang telah berulat dalam paket MBG.

Temuan ini menambah sorotan terhadap kualitas dan pengawasan distribusi makanan dari dapur pelaksana.

‎Hingga berita ini diturunkan pihak SPPG dapur MBG maupun ahli Gizi dan pihak pengelola lainnya tidak merespon dan enggan memberikan keterangan terkait kendala distribusi yang menyebabkan paket goodie bag untuk siswa kelas 4, 5, dan 6 tidak sampai ke tangan penerima maupun kualitas makanan dapur tersebut. (*)