• Jumat, 19 Desember 2025

Menu MBG SMP Muhammadiyah Kotaagung Dibagikan untuk Tiga Hari, Orang Tua Soroti Gizi Minim

Jumat, 19 Desember 2025 - 13.45 WIB
19

Penampakan MBG di SMP Muhammadiyah Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, menuai sorotan dari para orang tua siswa. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Tanggamus - Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMP Muhammadiyah Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, menuai sorotan dari para orang tua siswa.

Selain dibagikan sekaligus untuk jatah tiga hari, kandungan gizi menu yang diterima siswa dinilai jauh dari standar kebutuhan anak usia sekolah menengah pertama.

Pada Kamis (18/12/2025), siswa menerima paket MBG untuk konsumsi Kamis, Jumat, dan Sabtu dalam satu waktu.

Seluruh makanan dibagikan menggunakan kantong plastik atau kresek dan diminta untuk dibawa pulang serta disantap di rumah.

Menu yang diterima siswa terdiri dari satu bungkus roti Regal ukuran kecil, dua roti isi, dua potong kue basah, empat butir telur burung puyuh, lima buah lengkeng, serta satu sachet susu instan.

Sejumlah siswa mengaku tidak makan bersama di sekolah karena seluruh paket diberikan untuk dibawa pulang. “Katanya jatah tiga hari, jadi dibaginya Kamis semua,” ujar Rina, salah seorang siswa, Jumat (19/12/2025).

Sejumlah orang tua siswa menyampaikan kekecewaan mereka terhadap menu MBG tersebut.

Mereka menilai makanan yang diberikan lebih menyerupai jajanan ringan dibandingkan asupan gizi yang layak untuk mendukung tumbuh kembang anak.

“Kalau seperti ini, jujur saja, ini bukan makan bergizi. Ini jajan. Anak saya pulang cuma bawa roti, kue, telur puyuh empat butir. Itu mau dibagi tiga hari, apa cukup?” ujar R (43), orang tua siswa kelas VIII.

Orang tua lainnya, S (38), mempertanyakan tidak adanya lauk utama dan sayuran dalam paket MBG tersebut.

“Tidak ada nasi, tidak ada ikan, tidak ada sayur. Anak-anak SMP itu butuh tenaga, bukan cuma roti dan kue manis,” katanya.

Menurut para orang tua, pembagian MBG sekaligus untuk tiga hari juga dinilai tidak logis.

Mereka khawatir makanan tersebut tidak dikonsumsi sesuai peruntukan atau bahkan habis dalam satu hari.

“Namanya anak-anak, dikasih roti dan kue ya langsung dimakan hari itu juga. Besoknya apa? Programnya jadi tidak tepat sasaran,” ujar seorang wali murid lainnya.

Terpisah, seorang guru SMP Muhammadiyah Kotaagung yang enggan disebutkan namanya mengatakan, pembagian MBG untuk tiga hari sekaligus dengan menu seperti roti dan kue belum mencerminkan konsep makan bergizi seimbang.

“Anak-anak SMP butuh asupan yang lebih dari sekadar makanan ringan. Kami berharap ke depan ada perbaikan menu dan pola pembagiannya,” ujarnya.

Sementara itu berdasarkan estimasi analisis gizi mengacu pada standar komposisi pangan Indonesia, total energi dari satu paket MBG tersebut diperkirakan sekitar 780 kilo kalori.

Jika dibagi untuk tiga hari, asupan energi siswa hanya sekitar 260 kilokalori per hari.

Jumlah tersebut jauh di bawah kebutuhan anak SMP yang berkisar antara 1.800 hingga 2.200 kilokalori per hari.

Bahkan untuk satu kali makan di sekolah, standar idealnya berada pada kisaran 600–700 kilokalori.

Kandungan protein juga dinilai sangat minim. Total protein dari seluruh paket diperkirakan hanya sekitar 17–19 gram.

Jika dibagi tiga hari, asupan protein per hari hanya sekitar 6 gram, jauh dari kebutuhan protein anak SMP yang mencapai 40–60 gram per hari.

“Kalau cuma telur puyuh empat butir untuk tiga hari, itu lebih ke simbolis. Tidak cukup untuk kebutuhan protein anak,” kata seorang orang tua siswa.

Selain kandungan gizi, orang tua juga menyoroti mekanisme distribusi MBG yang dibagikan sekaligus serta penggunaan kantong plastik sebagai wadah makanan.

“Kalau memang program nasional, seharusnya ada standar. Masa makanan anak dibagi pakai kresek dan disuruh disimpan di rumah?” ujar R.

Menurut mereka, MBG seharusnya dikonsumsi setiap hari sekolah agar dampaknya terasa langsung bagi siswa, baik dari sisi kesehatan maupun konsentrasi belajar.

Para orang tua berharap pemerintah daerah dan dinas terkait segera melakukan evaluasi.

“Programnya bagus, tapi pelaksanaannya jangan asal. Ini menyangkut kesehatan anak-anak kami,” ujar seorang wali murid.

Hingga berita ini diturunkan, pihak  instansi terkait di Kabupaten Tanggamus belum memberikan keterangan resmi terkait alasan pembagian MBG untuk tiga hari sekaligus, komposisi menu, serta standar gizi yang digunakan. (*)