• Jumat, 19 April 2024

KEIN Sebut Pemda Tak Serius Tingkatkan Produktivitas Petani

Senin, 21 Mei 2018 - 09.21 WIB
35

Kupastuntas.co, Bandar Lampung – Pergerakan produk-produk unggulan menjadi kunci dalam mengangkat kesejahteraan petani dan perekonomian nasional. Demikian disampaikan Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Pangan, Industri, Pertanian dan Kehutanan Komite Ekonomi dan Industrial Nasional (KEIN) Republik Indonesia, Benny Pasaribu, di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Lampung, Jumat (18/5/2018).

Selama kunjungannya ke sentra produk unggulan kopi robusta di Kabupaten Tanggamus dan singkong di Lampung Tengah, Benny bersama rombongan menganggap masih kurangnya perhatian Pemerintah Daerah (Pemda) kepada para petani di sana.

Benny berpendapat betapa pentingnya pembentukan lembaga koperasi bagi para petani yang bertujuan sebagai wadah untuk membela kepentingan petani serta melindunginya dari ancaman tengkulak, memutus rantai tata niaga yang panjang, serta dapat mempermudah penyaluran bantuan dai pemerintah.

"Kita lihat pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi-nya tak serius untuk mengkoperasikan petani. Ketika saya tanya ke mereka (petani) apakah ada bimbingan dari Pemda, ternyata jawabannya mereka bergerak sendiri-sendiri. Saya tegaskan tak ada negara yang maju pertaniannya di dunia ini tanpa ada koperasi. Petani yang lemah seperti itu tidak mungkin berdiri-sendiri menghadapi kondisi air, pasar. Harus melalui koperasi, tapi kelembagaan koperasi ini saya lihat kurang semarak bagi petani," pungkasnya.

Kurangnya perhatian Pemda terhadap petani juga menurutnya dapat diukur dari besaran alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten. Seperti halnya Kabupaten Tanggamus yang hanya mengalokasikan Rp35 juta dari APBD tiap tahunnya untuk pembinaan petani kopi. Hal itu tentu sangat disayangkan olehnya. Keinginan menjadi produk unggulan yang memiliki nilai kompetitif belum terlihat dari keseriusan pemerintah daerah, kecilnya alokasi APBD tak dibarengi dengan bimbingan kompetensi petani dan produktivitas lahan yang begitu luas.

Begitu pun pada produktivitas petani singkong akan kebutuhan bibit singkong yang dapat diperbaharui tiap tiga tahun sekali atau lima tahun sekali guna meningkatkan kandungan pati dalam singkong.

"Mereka butuh kalium untuk meningkatkan pati, bibitnya itu harus diperbaharui sekali tiga tahun atau sekali lima tahun, ini sudah puluhan sampai ratusan tahun hanya itu-itu saja dari bibit yang sebelumnya. Menghasilkan terus dipotong-potong lagi, ditanam lagi untuk dijadikan bibit, ini kan perlu diperbaharui, dan ini tidak mungkin petani disuruh kerja sendiri," ujarnya.

Dia meyakini, Indonesia khususnya Provinsi Lampung memiliki sumber daya manusia yang profesional di bidang pertanian karena memang memiliki gen keturunan sebagai petani, sehingga produktivitas dan industrialisasinya masih perlu dinaikkan, dan itu tentunya memerlukan perhatian dari pemerintah daerah. (Erik)

Editor :