• Jumat, 29 Maret 2024

Sedih, Setelah Penyu Hijau Giliran Populasi Lumba Lumba Terancam Oleh Ulah Manusia

Senin, 21 Mei 2018 - 20.46 WIB
215

Kupastuntas.co, Tanggamus - Setelah penyu hijau (Chelonia mydas) yang sudah tidak terlihat lagi, kini giliran populasi lumba-lumba (dholpinidae) di Teluk Kiluan, Pekon Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, semakin terancam akibat tindakan masyarakat yang tidak bersahabat dengan lingkungan dan illegal fishing.

Kepala Pekon Kiluan Negeri, Kadek Sukresna mengatakan, penyu hijau sudah tidak  terlihat lagi sejak tahun 2005. Dan saat ini, populasi lumba-lumba juga terancam akibat tindakan masyarakat yang tidak bersahabat dengan lingkungan dan kegiatan illegal fishing.

"Bila tidak ada upaya penyelamatan yang serius, bukan mustahil beberapa tahun mendatang lumba-lumba penghuni Teluk Kiluan yang menjadi kebanggan dan mascot Kabupaten Tanggamus juga akan punah, seperti halnya penyu hijau," katanya, Senin (21/5/2018).

Menurut Kadek, perlua langkah cepat dari semua elemen untuk menyelamatkan lumba-lumba dan mengembalikan penyu hijau ke Teluk Kiluan.

"Kalau lumba-lumba sampai hilang dari Teluk Kiluan, saya yakin Kiluan tidak punya nilai jual lagi. Karena daya tarik atau magnet wisatawan lokal atau mancanegara datang ke Kiluan justru karena lumba-lumba,” katanya.

Terkait kepunahan penyu hijau dari perairan Teluk Kiluan, Kadek Sukresna mengungkapkan fakta yang mencengangkan, dimana sejak tahun 2003 sampai 2004, ribuan ekor penyu hijau yang menjadi penghuni pesisir pantai Putih di Teluk Kiluan diburu, untuk kemudian dibawa ke Pulau Bali.

“Selama kurun 2003 sampai 2004 terjadi perburuan penyu hijau besar-besaran. Dalam sehari sedikitnya 300 ekor penyu hijau diselundupkan ke Bali melalui Kiluan,” ungkap Kadek.

Kondisi tersebut, kata Kadek, diperparah dengan berkurangnya populasi tanaman pandan di sepanjang pantai. Padahal tanaman pandan ini menjadi tumbuhan yang digemari penyu untuk berlindung saat bertelur. Akibatnya, pantai Teluk Kiluan, khususnya Pantai Pasir Putih  tidak lagi menjadi habitat penyu.

Bahkan, sejak hampir sepuluh tahun,  tidak lagi ditemukan adanya penyu berada di kawasan pantai tersebut.

”Penyu menyukai daerah pantai yang banyak pohon pandannya, selain berlindung, penyu akan meninggalkan jejak pasir di pohon pandan sebagai tanda,” katanya.

Pantauan di lapangan, kawasan pantai Pasir Putih yang menjadi habitat penyu hijau saat ini sudah banyak berdiri pondokan dan home cottage yang biasanya menjadi tempat bermalam para wisatawan yang berkunjung ke Teluk Kiluan. Tanaman pandan juga banyak ditebangi masyarakat. Selain itu, banyaknya aktifitas manusia di kawasan pantai tersebut juga diduga berpengaruh terhadap aktivitas pendaratan penyu.

“Penyu sangat sensitif, mereka akan menjauh jika rumah tempat menyimpan telur mereka dirasakan tidak aman lagi, seperti halnya di Pantai Pasir Putih ini,” kata Abas (50), nelayan setempat.

Dikatakan Abas, suasana gaduh dan alam yang makin tidak nyaman membuat penyu yang ada di Teluk Kiluan enggan untuk bertelur. Wilayah konservasi penyu itu idealnya berada di tempat yang jauh dari kebisingan dengan situasi yang tenang, penyu-penyu menjadi merasa aman untuk bertelur.

“Begitu juga dengan lumba-lumba, kalau terlalu ramai dan sering banyak kapal yang lalu-lalang, mereka akan terganggu dan akan pindah ketempat yang tenang,” kata dia. (Sayuti)

 

Editor :

Berita Lainnya

-->