• Kamis, 25 April 2024

Harga Lada Terjun Bebas, Petani Tanggamus Tak Bergairah

Minggu, 05 Agustus 2018 - 17.48 WIB
379

Kupastuntas.co, Tanggamus - Petani lada di Kabupaten Tanggamus, menjerit akibat harga komoditas lada anjlok hanya Rp30 ribu per kilogram. Harga tersebut tidak sebanding dengan biaya penanaman dan pemeliharaan.

"Dibandingkan panen tahun lalu yang mencapai Rp120 ribu per kilonya. Panen saat ini terjun bebas hanya Rp30 ribu per kilo di tingkat pengumpul," kata Winarko (47), petani lada di Kecamatan Airnaningan, Kabupaten Tanggamus, Minggu (05/08/2018).

BACA:  WHO Meragukan Vaksin Bisa Hentikan Wabah Ebola

BACA:  Distribusi Ilegal, Dewan Bereaksi Keras ke SPBU Simpang PU Tubaba

Terjun bebasnya harga lada hitam ini membuat petani lada mengalami kerugian dan tidak bergairah.  "Sungguh jauh dari yang kami bayangkan. Harganya terjun bebas, kami benar-benar rugi. Tidak sesuai dengan biaya penanaman dan pemeliharaan," kata Jali (43), petani lada lainnya di Kecamatan Airnaningan.

Hendi (51),  petani lada di Kecamatan Pulaupanggung bahkan memilih untuk menyimpan hasil panen ladanya ketimbang dijual dengan harga yang menurutnya sangat murah dan tidak sesuai.

“Lebih baik disimpan daripada dijual dengan harga Rp30 ribu per kilo. Kami rugi sekali, ini namanya besar pasak daripada tiang,” katanya.

Karena itu, Mansyur berharap ada perubahan harga yang lebih dari harga sekarang supaya petani juga bisa sedikit merasa lega.

Sugiri, petani lada lainnya di Pulaupanggung mengatakan, lada merupakan salah satu komuditi andalan masyarakat setempat. Namun dengan murahnya harga membuat petani lada resah dan prustasi. Hal itu disebabkan biaya perawatan dan pemeliharaan yang cukup tinggi membuat petani merugi.

"Dengan harga lada segitu (Rp30 ribu per kilogram) ini membuat petani jadi sengsara.  Jangankan dengan harga segitu, misalkan Rp60 ribu sekilo saja kami tetap rugi. Karena  tidak sesuai dengan biaya perawatan dan pemeliharaan lada itu sendiri,” katanya.

BACA:  Pembangunan Jalan Dua Jalur Wajah Kota di Tubaba Butuh 100 M Lebih

BACA:  Gempa 5,5 Magnitudo Getarkan Kepulauan Mentawai

Keresahan petani lada itu sangat beralasan, apalagi sekarang memasuki periode pemupukan. Hal itu tentunya membutuhkan biaya cukup besar. Dan untuk memupuk tananamannya, petani  harus menjual lada yang mulai di panen.

"Kami berkebun lada ini bukan tanpa biaya. Kami harus mengeluarkan biaya yang besar, dengan harga sekarang ini tidak bisa menutup biaya yang telah kami keluarkan," ujar Toni, petani lada lainnya. (Sayuti)

Editor :