• Sabtu, 20 April 2024

Inilah Akibat Buruk Dari Kecanduan Medsos dan Video Game

Minggu, 12 Agustus 2018 - 14.24 WIB
44

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Perkembangan teknologi semakin deras bagaikan candu yang menggoda masyarakat di zaman sekarang dari berbagai kalangan.

Teknologi seharusnya bisa berdampak positif lantaran akses informasi jadi tak terbatas. Masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan informasi tentang apa saja untuk menambah wawasannya.

Namun, sayangnya teknologi itu tak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Sebut saja media sosial dan video games yang disebut-sebut menciptakan generasi yang 'tidak matang.'

Peneliti senior dari Oxford University, Baroness Susan Greenfield mengungkapkan, kecanduan media sosial dan video game membuat mental dan emosi seseorang menjadi seperti anak berusia tiga tahun.

Orang yang gemar bermedia sosial dan bermain game bisa kehilangan kemampuan untuk memikirkan diri sendiri, berempati, dan berkomunikasi dengan orang lain.

Sebaliknya, Greenfield menyebut bahwa orang yang candu pada dunia maya itu justru dibombardir dengan kepuasan instan seperti yang dibutuhkan anak berusia tiga tahun.

"Yang saya prediksi adalah orang-orang akan menjadi seperti anak berusia tiga tahun. Emosional, mengambil risiko, keterampilan sosial yang buruk, identitas diri yang lemah, dan perhatian yang pendek," kata Greenfield, mengutip The Telegraph.

Kesimpulan itu didapat dari bukti ilmiah berdasarkan penelitian terbaru dari Harvard University dan Princeton University yang menemukan bahwa pelajar lebih senang memberi diri mereka 'kejutan listrik'--sesuatu yang singkat--ketimbang berpikir mendalam selama 10 menit.

"Ada masalah yang sangat dalam ketika orang membutuhkan stimulasi konstan dari lingkungan seperti hasil penelitian (Harvard University) itu. Mereka tak lagi bisa memasuki pikirannya, berpikir secara lateral, dan memiliki pikiran sendiri," tutur Greenfield yang merupakan profesor farmakologi sinapsis.

Selain itu, Greenfield juga menyebut bahwa fungsi otak pada anak dapat berubah seiring keterlibatan dengan teknologi. Mereka cenderung lebih narsis dengan self-esteem atau harga diri yang rendah dan tingkat depresi yang tinggi.

Agar tak terperangkap dalam mental dan emosi seperti anak yang berusia tiga tahun, Greenfield menyarankan untuk lebih banyak melakukan kegiatan seperti membaca buku, olahraga, atau aktivitas fisik dan berkebun.

Sederet aktivitas itu, kata Greenfield, dapat mengasah anak untuk berpikir dan berimajinasi.

"Saya ingin orangtua sadar tentang (risiko teknologi) yang seharusnya mereka hentikan pada anak-anak mereka," kata dia. (cnnindonesia.com)

Editor :