• Kamis, 25 April 2024

Pemprov Lampung Optimis Kekeringan Tak Pengaruhi Target Produksi 4,5 Ton Gabah

Rabu, 10 Oktober 2018 - 09.30 WIB
43

Kupastuntas.co, Bandarlampung – Meski masih memasuki musim kemarau, Pemerintah Provinsi Lampung optimis kekeringan tidak menjadi faktor penghambat mencapai target produksi 4,5 juta ton gabah kering.

Kepala Bappeda Lampung Taufik Hidayat menjelaskan, kedepan harus ada koreksi secara komprehensif jika terjadi hambatan di lapangan terutama masukan terkait efisiensi kebutuhan air.

“Ini harus diperhatikan (masalah air) karena secara nasional yang ingin kita capai 4,5 juta ton gabah kering," kata dia, di Hotel Marcopolo, Selasa (9/10/2018).

Baca Juga: Kadis PMD Beberkan Desa Bermasalah di Mesuji

Menurutnya para pengguna irigasi khusus petani harus menyatukan persepsi sehingga bisa memaksimalkan penggunaan air secara efektif. Pengaturan dalam kesepakatan pola tanam harus dilakukan, sehingga pendistribusian air dari bendungan ke sawah dilakukan sesuai kebutuhan. Sehingga Lampung dapat mencapai target 4,5 juta ton gabah kering.

“Kita masih bisa kejar karena masih ada satu kali masa tanam sampai 2018," imbuhnya.

Diharapkan air yang tersedia bisa dimanfaatkan maksimal untuk mengairi lahan sawah. “Air kita tersedia sekarang, tidak perlu khawatir meski musim ini masuk musim kering maka diatur suplai airnya," ujarnya.

Dijelaskan lebih jauh, untuk mewujudkan ketahanan pangan, tidak hanya tentang air tapi pola tanam perlu ada perubahan berdasarkan kesepakatan, kesiapan bibit, dan teknik penanaman padi juga menjadi perhatian.

Baca Juga: Yustin Ficardo Ajak Masyarakat Lestarikan Batik Khas Lampung

Sementara Kepala Bidang Operasional Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung (BBWSMS), Reza Pahlevi, menjelaskan pada prinsipnya pihaknya sangat mendukung program ketahanan pangan di Lampung. “Namun kita harus melihat pengoptimalan terhadap air yang digelontorkan terhadap pelaksanaan di lapangan maka ini yang kita diskusikan," ujar Reza.

Program pemerintah terhadap ketahanan pangan tidak parsial melainkan sinergi dari berbagai instansi yang bekerja dari hulu ke hilir.

“Efisiensi harus kita koordinasikan,  air yang kita gelontorkan realisasinya tidak dijalankan sehingga air dari Batuntegi terbuang ke laut, ini yang harus kita koordinasikan. Perlu monitoring sehingga update pola tanam kedepan bisa terlaksana sesuai rencana yang disepakati," ungkapnya. (Erik)

Editor :