• Sabtu, 20 April 2024

Ekonomi Lampung Tetap Kuat di Tengah Tekanan

Kamis, 11 Oktober 2018 - 09.04 WIB
88

Kupastuntas.co, Bandarlampung - Pertumbuhan ekonomi global semakin tidak merata dan disertai ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih tinggi. Meski demikian, perekonomian Indonesia di triwulan II 2018 tercatat meningkat cukup tinggi. Begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung.

Hal ini tercermin pada PDB triwulan II 2018 secara nasional yang tumbuh sebesar 5,27 persen (yoy) atau merupakan capaian tertinggi sejak 2013. Kenaikan pertumbuhan ekonomi  tersebut terutama didorong oleh permintaan domestik dari konsumsi swasta dan pemerintah. Di samping itu, pencapaian inflasi per September tercatat cukup rendah dan terkendali pada kisaran sasaran 3,51 persen.

Demikian disampaikan Kepala Bank Indonesia perwakilan Lampung, Budiharto, dalam konfrensi pers di Kantor BI Lampung, Rabu (10/10). Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2018 tetap kuat didorong permintaan domestik.

“Investasi tetap baik seiring dengan berlanjutnya pembangunan infrastruktur sehingga mendorong perbaikan konsumsi swasta. Selain itu, belanja pemerintah yang tetap kuat dan stabilitas makro ekonomi yang terjaga akan mendukung momentum perbaikan ekonomi,” kata Budiharto.

Dikatakannya, untuk pertumbuhan ekonomi ekonomi Lampung pada triwulan II 2018 mampu tumbuh cukup tinggi, yakni sebesar 5,35 persen (yoy), melampaui rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Nasional masing-masing sebesar 4,65 persen dan 5,27 persen.

“Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Lampung yang tinggi pada triwulan II 2018 ini ditopang oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga serta perbaikan net ekspor, disamping investasi yang cukup solid. Di sisi penawaran, motor penggerak perekonomian Lampung bersumber dari sektor industri pengolahan, sektor konstruksi serta sektor perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor,” jelas dia.

Hingga akhir tahun 2018, pertumbuhan Ekonomi Lampung diproyeksikan berada pada kisaran 5,1 persen hingga 5,5 persen. Namun, perkiraan tersebut cenderung berpotensi melambat dibandingkan hasil pada triwulan II lalu yang menyentuh hingga 5,35 persen. Sebab, di ssii permintaan konsumsi swasta masih menjadi pendorong utama pertumbuhan dan harga komoditas utama ekspor, seperti CPO (minyak sawit mentah) dan kopi yang cenderung stagnan bahkan menurun.

“Secara sektoral, siklus produk akan berjalan secara optimal dari komoditas perkebunan, seperti kopi, nanas, dan tebu yang memasuki musim kemarau, sehingga menjadi penopang kinerja pertanian, perdagangan, dan transportasi pergudangan. Lalu industri pengolahan yang diperkirakan tetap tumbuh baik," ujarnya. (Tampan)

Editor :