• Jumat, 26 April 2024

Kementerian ESDM Catat Hampir 2.000 Gardu Listrik Sudah Beroperasi Pascagempa Palu

Minggu, 14 Oktober 2018 - 08.51 WIB
41

Kupastuntas.co, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat sebanyak 1.910 gardu distribusi listrik sudah beroperasi di Palu, Donggala, dan Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, pascagempa 28 September 2018.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan kondisi kelistrikan di wilayah terdampak bencana gempa bumi, likuefaksi, dan tsunami di Palu, Donggala, dan Sigi terus meningkat.

"Berdasarkan laporan PLN, saat ini tujuh gardu induk dan 1.910 gardu distribusi telah beroperasi," katanya seperti dikutip dari Antara, Sabtu (13/10/2018).

Selanjutnya, menurut dia, sebanyak 45 penyulang (feeder), yang telah dipulihkan 100 persen oleh tim gabungan PT PLN (Persero), juga telah memasok listrik bagi pelanggan prioritas seperti kantor, rumah sakit, bank, SPBU, pusat ekonomi, dan tempat ibadah.

"Berdasarkan laporan PLN hari ini, daya sebanyak 101 MW telah tersedia untuk Palu, sementara beban puncak sistem Sulawesi Tengah sebesar 70 MW. Selain itu, 76 unit genset juga telah tiba di Palu dan 54 unit telah didistribusikan ke berbagai wilayah di Palu, Donggala, dan Sigi," ujarnya.

Pasokan listrik pascagempa telah pulih hampir 90 persen dengan hampir lima persen di antaranya dipasok dari genset yang beroperasi.

Sebanyak 17 alat berat crane, 15 truk, 315 mobil dan 55 sepeda motor menjadi fasilitas pendukung selama masa pemulihan kelistrikan di wilayah bencana. Selain itu, 1.047 relawan PLN dari seluruh Indonesia dengan berbagai latar belakang keahlian juga bahu membahu dalam proses pemulihan.

Sementara itu, di tempat terpisah, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan pemulihan jaringan telekomunikasi yang terdampak gempa dan tsunami di Sulteng sekarang sudah mencapai lebih 80 persen.

"Kalau Palu, Donggala, Sigi masih di bawah 80 persen, tergantung pada listrik," ucap Rudiantara usai jumpa pers di sela pertemuan IMF-WB di Bali, Sabtu (13/10).

Rudiantara menerangkan pemulihan jaringan komunikasi bergantung dengan kondisi base transceiver station (BTS). Jika tower-nya tidak roboh atau tidak miring maka tidak diperlukam penguatan struktur, sehingga bisa pulih hanya dalam waktu 2-4 jam saja.

"Sejauh ini memang ada yang pakai bantuan genset. Tapi kalau solarnya habis ya akan mati juga. Tapi kalau bicara Sulawesi Tengah memang sudah di atas 80 persen lah," kata Rudiantara.

Menurutnya, Kominfo juga mengeluarkan kebijakan dengan memperbolehkan operator telekomunikasi untuk saling berbagi BTS.

"Kalau misalnya operator yang satu BTS-nya ada yang mati, diperbolehkan untuk roaming. Jadi misalnya pelanggan operator A, BTS-nya mati, diperbolehkan pakai BTS operator B, pelayanan jadi bisa jalan cepat tapi ini sifatnya temporary selama 1 tahun, selama bencana sih, ya 1 tahun cukuplah," tutup Rudiantara soal komunikasi di kawasan terdampak bencana di Sulteng itu. (Cnn)

Editor :