• Jumat, 26 April 2024

Live Report dari Palu, Menyusun Kembali Harapan Usai Bencana

Rabu, 24 Oktober 2018 - 21.48 WIB
27

Kupastuntas.co, Palu - Setidaknya kurang lebih tiga pekan sudah masyarakat di Kota Palu, Donggala, dan Sigi Sulawesi Tengah dilanda bencana yang tak disangka begitu dahsyat.

Tak membutuhkan waktu lama, gempa bermagnitudo 7,4 SR disertai likuifaksi seketika meruntuhkan setiap bangunan. Bahkan besarnya guncangan gempa di dasar laut itu menimbulkan tsunami hingga menyapu bersih apa pun yang ada.

Duka mendalam juga masih tersisa bagi masyarakat yang terkena dampak bencana, mencoba merelakan ketika harus kehilangan keluarga dan harta benda yang dimiliki.

Namun bencana telah berlalu dan meninggalkan cerita kepedihan, sementara kehidupan masih harus dijalani dengan mengambil hikmah dari rangkaian bencana yang terjadi.

Hingga Rabu (24/10/2018), masih terlihat masyarakat menghampiri runtuhan tempat tinggalnya guna mengumpulkan kembali potongan-potongan puzzle kehidupan dari sisa puing yang mungkin masih bisa digunakan.

Tabita (40), salah seorang warga Desa Mamboro, Palu Utara menjadi saksi sejarah berjuang dari guncangan gempa yang membuat dirinya terjebak diantara runtuhan rumahnya.

"Saya sedang memasak di dapur, lalu seketika gempa terjadi membuat atap rumah saya roboh dan saya terjebak di dalam rumah. Suami saya berada di luar rumah membantu saya untuk keluar dengan susah payah, tapi syukur saya bisa keluar langsung berlari ke atas bukit karena orang-orang berteriak air laut naik," ujar Tabita seraya menceritakan perjuangannya.

Dari atas bukit ia menyaksikan langsung peristiwa tsunami memporak-porandakan bangunan termasuk rumahnya yang berada  di bibir pantai. Dia juga tak bisa menahan tangis gulungan ombak menyeret banyak warga pesisir yang tidak sempat lagi berlindung.

"Saya melihat sendiri begitu besarnya ombak menggulung banyak orang. Gelombang besar terjadi selama tiga kali berturut-turut. Yang ketiga itu saya lihat ombaknya besar sekali hingga mencapai sekitar 15 meter," tuturnya menahan tangis.

Setelah tempat tinggalnya diterjang tsunami, Tabita bersama suami kini mengungsi di posko sementara yang disediakan oleh yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT). Sedangkan kedua anaknya berada di tempat terpisah dan selamat.

"Anak saya satu sedang di luar dan satunya sedang kuliah, tapi besok kemungkinan kami akan berkumpul kembali sekeluarga, alhamdulillah tidak ada korban dari keluarga saya," katanya.

Kini Tabita dan warga lainnya yang terdampak bencana hanya bisa meratapi kejadian sebagai teguran dari Tuhan untuk mengubah hidup lebih baik lagi. (Erik)

Editor :