• Jumat, 29 Maret 2024

Riset : Orang Indonesia Mulai Banyak Buka Usaha

Minggu, 02 Desember 2018 - 20.08 WIB
49

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Perusahaan jaringan profesional LinkedIn mencatat dibandingkan negara lain, masyarakat di Indonesia kini memiliki keinginan merintis usaha sendiri lebih besar. Studi perdana bertajuk 'LinkedIn Opportunity Index' mencatat Indonesia masuk dalam daftar kedua tertinggi orang yang ingin menjadi wirausaha dibanding rata-rata orang di Asia Pasifik.

Selain itu, LinkedIn mengungkap 50 persen responden di Indonesia memiliki preferensi untuk memulai usaha sendiri. Selain Indonesia, Filipina juga memiliki ketertarikan wirausaha sekitar 53 persen, diikuti Australia 13 persen, Hong Kong 13 persen, dan Jepang 7 persen.

Sekitar 38 persen responden Indonesia yakin memliki kemampuan untuk mulai merintis usaha. Kondisi ini berbanding terbalik dengan optimisme responden di negara maju.

Hanya saja, responden di Indonesia mengatakan finansial jadi halangan terbesar untuk mewujudukan mimpi tersebut. Sekitar 35 mengakui kendala finansial jadi penghalang memulai usaha. Diikuti kendala koneksi sebesar 29 persen, dan rasa takut kegagalan 22 persen.

Namun, ada tujuh faktor yang membuat calon wirausaha optimis dengan 'niat mulia' mereka. Faktor tersebut yakni ketersediaan peluang, tingkat kesulitan, kepercayaan diri, pandangan ekonomi dan finansial, kualitas hidup pribadi dan keluarga.

Sama halnya dengan 90 persen responden di Asia Pasifik, 94 persen responden di Indonesia meyakini faktor keteknan dan kerja keras sebagai kunci kesuksesan. Hal lain yang jadi pemicu kesuksesan antara lain kesediaan menerima perubahan (93 persen), koneksi yang tepat (89 persen) dan tingkat pendidikan (84 persen).

"Hambatan yang dikemukakan untuk mengejar peluang memang nyata terjadi. Namun, selalu ada komunitas yang bisa membantu mempelajari keahlian baru hingga menjalin relasi," ucap Olivier Legrand, managing director LinkedIn Asia Pasifik dalam keterangan resmi.

Dalam riset kali ini, LinkedIn bekerja sama dengan GfK yang diselenggarakan pada September dan Oktober 2018. Survei ini melibatkan 11 ribu responden berusia 16 hingga 60 tahun di sembilan negara melalui metode wawancara online.

Indeks ini menggunakan "100" sebagai skor dasar atas rasa kepercayaan diri. Skor yang lebih tinggi merepresentasikan kepercayaan diri yang lebih besar dari orang-orang yang tinggal di negara tertentu. (cnn)

Editor :

Berita Lainnya

-->