• Sabtu, 27 April 2024

Bupati Tulang Bawang Barat Membangun Kearifan Lokal dan Sejumlah Fasilitas Baru

Minggu, 09 Desember 2018 - 19.11 WIB
1.8k

Kupastuntas.co, Tulangbawang Barat – Dahulu, Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) sering mendapat julukan nyeleneh dengan sebutan, “daerah bukan-bukan". Sebutan ini lantaran Tubaba bukan merupakan daerah perlintasan dan bukan pula daerah tujuan. Hal ini lantaran Tubaba juga tidak termasuk dalam peta wisata yang banyak dikunjungi para pelancong.

Namun siapa sangka, dipimpin oleh seorang Sarjana Pertanian, kemajuan daerah ini begitu drastis. Dialah Hi. Umar Ahmad, SP., Bupati Tulang Bawang Barat. Di bawah kepemimpinannya, kemajuan Kabupaten berjuluk Bumi Ragem Sai Mangi Wawai sangat terasa dalam beberapa tahun terakhir.

Saat ini, Tubaba bertransformasi menjadi daerah tujuan wisata berbasis budaya lokal. Kini mulai banyak wisatawan nusantara hingga mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Hal inilah yang menjadi tolak ukur tim Kupas Tuntas untuk memberikannya penghargaan pada Kupas Tuntas Awards 2018 yang telah diselenggarakan, pada Senin (3/12/2018) bertepatan dengan HUT ke-12 Kupas Tuntas. Bupati Tulangbawang Barat ini dinobatkan sebagai salah satu kepala daerah berprestasi dengan Nominasi: Kepala Daerah Membangun Kearifan Lokal

Tulang Bawang Barat adalah kabupaten hasil pemekaran dari Tulang Bawang pada 2008. Komposisi masyarakat Tubaba yang terdiri dari sembilan kecamatan dan 107 desa punya keunikan tersendiri. Beragam suku yang mendiami Tubaba tak lepas dari program transmigrasi sejak era kolonial Belanda. Sehingga 70 persen penduduknya adalah  suku Jawa. Sisanya adalah suku Lampung, Bali, Sunda, dan Batak.

Umar Ahmad mengakui, selama ini, Tubaba bukanlah tujuan wisata. Di daerah ini tak ada gunung, tak ada laut, tak punya tambang, dan tak dilintasi jalan negara. Untuk menarik orang berkunjung ke Tubaba, Umar Ahmad melihat potensi yang ada. Ia beserta jajarannya membuat riset terlebih dahulu untuk mendefinisikan Tubaba. Dan akhirnya mengambil satu potensi, yaitu budaya.

Maka berbagai progam mulai dilakukan, dengan merangkum semua keberagaman adat budaya di daerah setempat. Sebut saya budaya Batak. Pada bulan April 2018, ia langsung menghadiri pelantikan Pengurus Kerukunan Masyarakat Batak (Kerabat) Tubaba. Umar menerangkan, dengan berhimpunnya masyarakat dalam sebuah organisasi kemasyarakatan merupakan sebuah hal yang sangat positif, karena dapat menjadi wahana untuk meningkatkan rasa persatuan, sekaligus dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Ia menyebut, Suku Batak merupakan kerabat dari Suku Lampung yang sering diberi sebutan “Sebatak”.

Tak lama kemudian, pada bulan Juli 2018, Pemkab Tulangbawang Barat memulai pembangunan Kota Budaya Uluan Nughik (Awal Kehidupan) dan Las Sengok (Hutan larangan) ditandai dengan dibangunnya Rumah Adat Suku Baduy, di Rawakebo Kelurahan Panaragan Jaya.

Sebelum melakukan peletakan batu pertama, masyarakat dari 11 suku yang ada di Tubaba melakukan penyambutan kedatangan tujuh orang tokoh adat Suku Baduy, Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

Selesai rapat, Bupati beserta jajarannya, dan masyarakat menghadiri ritual meminta izin pembangunan Kota Budaya Uluan Nughik yang ditandai dengan pembangunan Rumah dan perkampungan Baduy di Ruas Jalan Calon Mapolres Tubaba.

Belum lama ini, Umar Ahmad juga memperkenalkan Tarian Nenemo, Tari Sigeh Pengunten, dan beberapa tarian adat Lampung lainnya ke kancah dunia saat disela-sela pembukaan kegiatan Indonesia Culture Festival (ICF) di Kota Baku Azerbaijan.

Dalam kesempatan tersebut Kabupaten Tubaba menampilkan ragam budaya asli Tuba Barat. Umar Ahmad menyebutkan, acara ICF bagus untuk mempromosikan kebudayaan daerah di Indonesia, khususnya kebudayaan di Kabupaten Tubaba.

Pemkab Tubaba juga menggelar kembali Festival Tubaba tahun ketiga, kegiatan berskala nasional ini berlangsung selama tiga hari, pada 10 - 13 November di Uluan Nughik Panaragan jaya. Festival Tubaba merupakan presentasi akhir dari semua program pelatihan kesenian yang digelar oleh Pemda Tubaba diikuti sekitar 300 peserta, meliputi pelatihan Seni Tari, Teater, Seni Rupa, Musik dan Sastra.

“Kabupaten Tulang Bawang Barat memiliki potensi pariwisata yang cukup besar. Selain budaya lokal yang terus kita kembangkan, di daerah ini terdapat beberapa aliran sungai besar, di antaranya Sungai Way Kanan dan Sungai Way Kiri yang dapat dikembangkan menjadi obyek wisata perairan," ungkap Umar Ahmad.

Banyak objek wisata di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang terus dikembangkan. Di antaranya, benteng Karang Talang dan benteng Sabuk yang merupakan wisata budaya di Kecamatan Tulang Bawang Udik, makam Minak Indah/Tuan Rio Sanak, wisata budaya di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, makam Tuan Rio Mangku Bumi Raja Tulang Bawang hingga makam Tubagus Minak Saleh yang kesemuanya merupakan wisata budaya di Kecamatan Pagar Dewa.

Membangun Sejumlah Fasilitas Baru

Potensi lain yang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah agrowisata yaitu dengan dibangunnya Kebun Agrowisata di Tiyuh Pulung Kencana Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Kebun Agrowisata Pulung Kencana ditanami aneka buah unggul, seperti buah naga dan jambu mutiara. Selain menjadi tempat wisata, kebun ini akan menjadi lokasi praktik pertanian bagi para pelajar dan petani.

Guna menggairahkan dunia pariwisata, Pemkab Tubaba juga memiliki beberapa agenda kegiatan rutin yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Festival seni budaya Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) misalnya, yang digelar setiap bulan Maret dan April. RSMW menjadi wahana pementasan seni budaya lokal, seperti lomba lagu daerah Lampung, lomba tari kreasi, dan termasuk pula di dalamnya Pemilihan Muli Mekhanai Tulang Bawang Barat.

Agenda rutin setiap bulan ada kegiatan Fun Bike yang selalu berhasil menarik minat para wisatawan. Terlebih saat ini telah dimanfaatkan tepian jaringan irigasi yang secara resmi telah ditetapkan menjadi Tubaba Bike Park.

Even olahraga lain yang mendukung pariwisata di antaranya adalah perlombaan perahu dayung tradisional yang dapat dilaksanakan di beberapa wilayah perairan yang ada di Kabupaten Tubaba. Wilayah perairan di Kampung Panaragan sudah beberapa kali menjadi lokasi penyelenggaraan lomba perahu tradisional.

Selain itu, Pemkab Tubaba membangun “Komplek Dunia Akhirat” yang terletak di tepi jalan protokol Kelurahan Panaragan Jaya Kecamatan Tulang Bawang Barat. Komplek ini terdapat dua unit bangunan yang telah menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Tubaba yakni, Rumah Adat Sesat Agung Bumi Gayou Ragem Sai Mangi Wawai bersebelahan dengan Masjid Agung Baitushobur 99 Cahaya Asam'ul Husna atau Islamic Center yang telah menjadi objek wisata bagi para wisatawan baik dalam maupun luar daerah.

Tidak jauh dari komplek itu terdapat Patung Dua Naga yang menunggangi gerobak dan terdapat sepasang pengantin. Patung yang dibangun di tengah jalan ini bernama Tugu Rato Nago Busanding yang merupakan kendaraan adat bagi masyarakat Tubaba dahulu kala.

“Berbagai potensi wisata terus digali dan dikembangkan. Pada tahun 2019 nanti Pemkab Tubaba akan membangun bendungan yang luasnya sekitar 10 hektar tepatnya di Kecamatan Lambu Kibang. Bendungan ini nantinya akan menjadi danau buatan yang akan dikembangkan menjadi salah satu objek wisata. Dan akan ditempatkan semacam bale-bale di tepi danau untuk dimanfaatkan warga berjualan," jelas dia.

Secara umum, wilayah yang paling potensial dikembangkan untuk pariwisata di Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah Kecamatan Pagar Dewa. Di kecamatan ini masih terdapat pertiyuhan penduduk asli, wisata sejarah yang terkait dengan Kerajaan Tulang Bawang, dan juga perairan yang sangat menarik berupa pertemuan dua sungai besar Way Kanan dan Way Kiri.

Mengeksplorasi potensi alam Kecamatan Pagar Dewa juga menjadi kegiatan yang menarik. Di tempat ini terdapat keanekaragaman hayati yang sangat unik dan khas yang ada di kawasan lahan basah di kecamatan tersebut, yaitu di Tiyuh Pagar Dewa dan Tiyuh Bujung Dewa.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung, kawasan lahan basah di Kecamatan Pagar Dewa memiliki keanekaragaman flora dan fauna. Flora yang ada teridentifikasi sejumlah 24 jenis. Sementara, keanekaragaman fauna yang ada antara lain meliputi primata dan mamalia, ikan, herpetofauna, dan burung. Primata yang teridentifikasi adalah monyet ekor panjang. Jenis ikan yang teridentifikasi sebanyak 27 jenis. Kemudian, jenis burung yang teridentifikasi sejumlah 105 jenis, berasal dari 33 famili.

“Keberadaan ekosistem lahan basah di sekitar kawasan Kecamatan Pagar Dewa memiliki nilai penting secara fisik, ekologis, dan ekonomis," ucap Umar. ***

Editor :