• Kamis, 28 Maret 2024

Viral! 2 Bule Nekat Foto di Kawasan GAK yang Berstatus Siaga, Kok Bisa?

Senin, 21 Januari 2019 - 18.47 WIB
70

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Sebuah rangkaian foto yang diunggah di media sosial twitter menjadi viral belakangan ini. Yah, dalam foto-foto yang diunggah pemilik akun Twitter @rajo_ameh (Pascal Blonde) itu nampak kondisi terakhir kawah Gunung Anak Krakatau.

Dalam foto diketahui jika pelaku mendatangi bagian barat daya Anak Krakatau yang kini muncul lagi setelah hancur akibat longsor pada Desember lalu. Bagian ini merupakan kawah Anak Krakatau yang kini terisi oleh air.

Dia juga memotret air berwarna cokelat yang berada di sekitar Anak Krakatau. Namun, kini kicauan itu telah dihapus dan bahkan akun Twitter-nya juga sudah tidak bisa ditemukan lagi. Yang membuat gempar, Warga Negara Asing yang mengunggah foto tersebut diduga kuat melanggar batas aman 5 kilometer dari kawah yang telah ditetapkan.

Menurut informasi, WNA yang belum diketahui identitasnya itu mengunjungi Gunung Anak Krakatau dan berfoto disekitarnya pada tanggal 17 atau 18 Januari lalu. Padahal hingga saat ini gunung api tersebut masih berstatus siaga. Tak ada yang boleh mendekati kawah dengan radius 5 kilometer.

Menanggapi aksi nekat WNA tersebut, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menjelaskan, jika benar WNA tersebut berfoto di dalam radius berbahaya, artinya mereka telah melanggar peraturan yang telah ditetapkan.

Hendra Gunawan, Kepala Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG mengatakan, aksi mereka dinilai berbahaya dan tidak menghormati aturan yang berlaku di Indonesia.

Untuk itu dia meminta siapapun, termasuk warga negara asing, agar patuh dengan apa yang ditetapkan pemerintah demi keselamatan bersama. Dia juga meminta kerja sama para pemandu wisata untuk memberi tahu turis yang berniat ke sekitar Gunung Anak Krakatau, bahwa sampai hari ini status gunung itu masih siaga, lalu menyampaikan imbauan pemerintah untuk tidak mendekati Anak Krakatau.

Anak Krakatau sedang menjadi perhatian publik setelah ia mengalami erupsi dan lonsor yang menyebabkan tsunami di Selat Sunda pada 22 Desember 2018. Peristiwa ini menimbulkan korban jiwa lebih dari 400 orang. Longsor itu membuat ketinggian Anak Krakatau kini hanya 110 meter dari permukaan laut, dari sebelumnya tercatat 338 meter.

Lokasi Anak Krakatau yang berada di tengah laut membuatnya sulit untuk diawasi dengan ketat. Hal ini jadi salah satu penyebab kejadian penerobosan oleh masyarakat bisa terjadi.

PVMBG hanya bisa memberikan rekomendasi terkait status gunung. Untuk masalah tindakan pengamanan dan lainnya, Hendra berkata itu menjadi kewenangan pemerintah daerah dan aparat hukum.

"Kita tidak punya rentang kendali sampai ke 50 kilometer di tengah laut. Yang bisa kita sampaikan adalah rekomendasi ke pemerintah daerah atau pihak terkait lainnya untuk menyebarkan informasi bahwa radius aman itu adalah 5 Kilometer," kata Hendra.

Sementara itu, Kepala Bidang Mitigasi PVMBG I Gede Suantika ketika dikonfirmasi Senin (21/1) juga mengakui adanya peristiwa itu. "Betul ada (WNA melewati daerah terlarang)" katanya, Senin (21/1).

Gede Suantika menjelaskan ada larangan warga untuk menjauh dari Gunung Anak Krakatau dengan radius 5 kilometer. Larangan itu diberlakukan karena masih ada titik lemah atau lava panas di area Gunung Anak Krakatau.

"Jadi rekomendasi kita tetap daerah larangan, dilarang beraktivitas memasuki wilayah radius 5 kilometer, walaupun Gunung Anak Krakatau erupsinya sudah mereda. Seminggu ini tidak ada erupsi eksplosif maupun efusif. Jadi, yang kita takutkan, kalau ada orang masuk ke sana tanpa orang berwenang yang periksa, takutnya kan ada daerah lemah, masih panas, lavanya juga belum dingin, bisa aja kejeblos kakinya bisa hangus. Itu yang kita takutkan kalau orang nyelonong sudah terlalu dini masuk ke daerah larangan tadi," paparnya.

PVMBG sendiri tidak bisa memonitor pergerakan manusia yang mendekat ke area Gunung Anak Krakatau. Menurut Gede, otoritas tersebut berada di pemerintah provinsi atau pemerintah daerah. Dia sendiri menduga WNA yang nyelonong ke area terlarang Gunung Anak Krakatau dibawa oleh guide.

"Kami tidak tahu yang antar (WNA) ke sana, kalau ke sana kan harus pakai guide ya, mungkin guide-nya harus dikasih briefing dulu. Kami kan hanya rekomendasi, yang punya wilayah kan pemprov atau pemda, harusnya mereka itu ada mekanisme untuk memantau pergerakan manusia ke sana," jelasnya. (Trubus.id)

Editor :

Berita Lainnya

-->