• Jumat, 29 Maret 2024

Populasi Badak Sumatera Kian Kritis

Senin, 08 April 2019 - 08.28 WIB
120

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Maraknya perburuan satwa liar yang dilindungi berdampak pada kerusakan ekosistem. Oleh sebab itu, tindakan tersebut harus segera dihentikan.

Beberapa waktu lalu, dua orang telah divonis penjara masing-masing selama tiga tahun, karena terbukti menjual organ tubuh satwa jenis cula badak dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) senilai Rp4 miliar.

Kasus lainnya, yakni perburuan rusa di kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Dua orang pelaku berhasil diringkus oleh Polisi Kehutanan setempat.

Menurut Wulan Pusparini perwakilan Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia Program TNBBS, perburuan satwa yang dilindungi akan berdampak buruk untuk sirkulasi rantai makanan sehingga ekosistem menjadi tidak stabil.

“Cula badak jangan hanya dinilai dari harganya saja yang memang cukup mahal dan pelakunya hanya divonis tiga tahun penjara, tetapi yang perlu dilihat bagaimana peran badak itu untuk perbaikan ekosistem," jelas Wulan saat menghadiri workshop jurnalistik lingkungan, di Hotel Batiqa, Bandar Lampung, Sabtu (6/4).

Baca Juga: Kejati Lampung Gandeng BPN Telusuri Aset Alay di Jakarta

Wulan menuturkan, begitu pun pada kecenderungan pemanfaatan potensi alam yang secara ekstraktif dianggap akan memperburuk keberlangsungan ekosistem yang ada.

"Kita cenderung mengambil potensi alam tanpa timbal balik ke alam, jadi kondisi alam bisa jadi hanya bertahan selama dua dekade kedepan. Kalau kita hanya ekstraktif maka potensi alam akan habis. Padahal ekosistem sangat membantu untuk keberlangsungan hidup manusia," terangnya.

Sementara itu, Petugas Monitoring dari World Wide Fund for Nature (WWF) TNBBS, Irfan Nurarifin, menyebutkan, kondisi populasi badak Sumatera kini semakin kritis.

Irfan menjelaskan, bahwa jumlah populasi badak Sumatera saat ini hanya tersisa kurang dari 100 ekor. Jumlah individu yang sangat sedikit dapat menurunkan kemampuan biologis badak merupakan ancaman terhadap badak Sumatera.

"Cula badak di pasar gelap memiliki harga per-gramnya melebihi harga logam mulia, biasa dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional di China, faktanya cula badak tidak berbeda dari kuku manusia, sama-sama tersusun dari zat keratin," terang Irfan.

Namun, kata dia, matinya satu ekor badak akan mempengaruhi ekosistem dan rantai makanan pada hewan. Keberadaan badak, lanjutnya, sangat penting karena sebagai penyebar biji yang baik, dan mampu menjaga kelimpahan serta penyebaran biji di hutan.

“Satu saja rantai satwa liar yang rusak, maka akan berpengaruh pada keberlangsungan rantai makanan pada spesies yang lain. Tetapi sayangnya, budaya masyarakat kita kebanyakan tidak peduli dengan keberlangsungan ekosistem," tandasnya. (Erik)

Baca Juga: Pengalihan Arus Akibat Kemacetan di Lampung Tengah Sebabkan Banyak Mobil Salah Arah

Editor :

Berita Lainnya

-->