• Sabtu, 20 April 2024

Mengintip Dugaan Kecurangan Pemilu di Lampung, Caleg Provinsi Sebar Uang Rp3 Miliar

Senin, 29 April 2019 - 07.50 WIB
263

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Caleg petahana maupun baru di Provinsi Lampung masih mengandalkan kekuatan uang agar bisa masuk ke gedung parlemen. Figur dan popularitas caleg belum bisa menjadi jaminan, jika tidak ada uang untuk diberikan kepada pemilih.

Perebutan kursi dewan baik di DPRD kota/kabupaten maupun kursi DPRD provinsi dan DPR RI serta DPD RI pada Pemilu 2019 di Provinsi Lampung berlangsung cukup panas. Masing-masing calon anggota legislatif (Caleg) memiliki strategi tersendiri untuk memenangkan persaingan dan bisa menduduki kursi wakil rakyat.

Akibat ketatnya persaingan dalam mendulang suara, beberapa dugaan penyimpangan dalam pelaksanaan Pemilu 2019 mulai terkuak.

Tidak sedikit caleg menggunakan cara yang menyalahi aturan (Ilegal) guna meraih suara terbanyak. Seperti melakukan serangan fajar berupa bagi-bagi uang mendekati hari pencoblosan, membagikan sembako dan indikasi bersekongkol dengan penyelenggara pemilu demi mendapatkan suara terbanyak.

Hasil penelusuran Kupas Tuntas di lapangan, berhasil mendapatkan informasi dari sejumlah caleg yang secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi mengungkapkan menggunakan uang untuk mempengaruhi atau mengintervensi pilihan warga.

Seorang caleg DPRD Provinsi Lampung mengaku, telah habis-habisan demi memenangkan kontestasi dalam Pemilu 2019. Ia membeberkan, telah mengeluarkan modal cukup besar untuk melakukan serangan fajar agar bisa menjadi anggota perlemen. Tidak tanggung-tanggung, ia telah merogoh kocek sebesar Rp3 miliar untuk bisa duduk sebagai anggota dewan.

"Bahkan di detik-detik terakhir saya jual 3 mobil saya untuk membagikan amplop kepada warga yang punya hak suara. Kalau tidak begitu, mungkin saya tidak akan terpilih," ungkap caleg yang minta namanya dirahasiakan ini kepada Kupas Tuntas, Minggu (28/4/2019).

Pileg Menyerupai Perang 

Maraknya serangan uang juga disampaikan caleg DPRD Kota Bandar Lampung Wahyu Lesmono. Wahyu Lesmono menganggap persaingan antar caleg di daerah pemilihannya menyerupai Perang Suriah. Kandidat beramai-ramai menebar uang kepada pemilih untuk mendulang suara terbesar.

"Ini perang sadis, vulgar dan brutal," ujar Caleg DPRD Bandar Lampung Dapil 1 yang gagal masuk parlemen karena perolehan suaranya kurang ini, kemarin.

Menurutnya, sudah tiga kali dirinya bertarung di daerah yang sama, yakni Kecamatan Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Barat dan Teluk Betung Utara. Namun, lanjut dia, pencalegan kali ini bisa dibilang lebih transparan dalam pemberian uang ke pemilih dibanding pemilu sebelumnya.

"Saya sudah bina konstituen di daerah pemilihan saya sejak saya menjabat anggota dewan. Mereka minta apa, saya langsung sampaikan ke pemerintah dan dikabulkan, seperti sumur bor, perbaikan jalan dan fasilitas lainnya,” kata Wahyu Lesmono.

Tetapi nyatanya, kata dia, usaha dan kerja kerasnya seperti tidak ada bekasnya karena adanya serangan fajar yang masif yang dilakukan oleh beberapa caleg lain.

"Suara saya hilang ditimpa uang Rp150 ribu dari kandidat lain. Bahkan di tempat saya tinggal saja, hanya 40 orang yang memilih," ungkapnya.

Adanya pemberian uang dari caleg ini juga dibenarkan seorang warga di Kelurahan Pesawahan, Kecamatan Teluk Betung Selatan (TBS), Kota Bandar Lampung.

Menurut pemuda ini, dirinya menerima 3 amplop dari caleg yang berbeda, yakni dari caleg DPRD provinsi dan dua caleg dari DPRD kota.

"Gua mah ambil-ambil saja lumayan dapat Rp200 ribu. Dari caleg DPRD provinsi dapat Rp100 ribu yang lainnya Rp50 ribu. Tapi mencoblos mah yang lain. Dia nggak tahu ini gua milih siapa,” kata pemuda ini,  Minggu (28/4/2019).

Dia mengaku, tidak terlalu mengenal siapa caleg yang telah memberikan uang tersebut. Menurutnya, kalau ada uangnya ya dipilih. "Kalau ada duitnya ya kita pilih, kalau nggak ada ya ngapain. Toh sudah duduk juga nggak mungkin datang lagi, kenal juga nggak," ungkapnya.

Caleg Libatkan Pamong Desa

Bukan hanya di Bandar Lampung, di Kabupaten Pesawaran pemberian uang dari caleg bahkan melibatkan pamong desa. Berdalih masih ada hubungan saudara dengan caleg, si pamong desa mendatangi rumah warga dengan membawa foto kopi kertas suara bergambar si caleg dan amplop berisi uang sebesar Rp50 ribu.

Informasi yang diterima Kupas Tuntas, pemberian uang kepada pemilih juga dilakukan pamong desa saat memberikan surat undangan memilih. Bersamaan dengan menyampaikan undangan memilih, pamong desa juga meminta warga untuk mendukung salah satu caleg dengan memberikan amplop berisi uang.

“Saya jadi bingung Mas. Tidak memilih caleg itu gimana, sudah dikasih undangan memilih dikasih duit pula. Ya sudahlah saya juga nggak minta,” ungkap warga Kecamatan Gedong Tataan ini.

Kejadian serupa juga terjadi di Kabupaten Pringsewu. Di Kecamatan Gading Rejo, ada warga yang melaporkan menerima uang dari salah satu (ketua) RT di Pekon Tulung Agung. Pengakuan ini, kejadiannya setelah pencobolosan pada 17 April 2019.

Di Kecamatan Pardasuka, ada warga yang juga mengaku  diberi uang oleh warga lain untuk mencoblos caleg tertentu pada 16 April 2019 atau satu hari sebelum pencoblosan. Kedua laporan itu sudah dikumpulkan Bawaslu setempat untuk ditindaklanjuti. (Sule/Wanda/PR)

Tonton Juga :

Insiden Kapal Vietnam Tabrak Kapal TNI AL di Laut Natuna

https://youtu.be/sYOkSva1eYA

Editor :