• Sabtu, 27 April 2024

Petugas Sokli Tak Tepat Waktu, Warga Gunung Terang Langkapura Keluhkan Sampah Menumpuk

Minggu, 05 Mei 2019 - 14.48 WIB
538

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Warga Kota Bandar Lampung khususnya Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura, mengeluhkan petugas sokli atau petugas kebersihan yang terlambat mengambil sampah dari rumah warga.

Hal itu mengakibatkan sampah di setiap rumah warga menjadi menumpuk. Warga Gunung Terang, MN (63) mengungkapkan, petugas sokli mengangkut sampah di rumahnya hanya sebanyak dua kali dalam sepekan.

Bahkan kata dia, tindakan yang dilakukan petugas sokli tersebut sudah berlangsung sejak satu tahun yang lalu. Padahal, sambungnya, warga selalu rutin membayar uang kebersihan yang tiap bulannya sebesar Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu per rumah.

"Sampah kami tidak pernah lagi diangkut setiap hari. Makanya kami komplain ke mereka (petugas sokli) kenapa sampah di rumah hanya diambil seminggu dua kali, jadinya kan sampah di rumah menumpuk," keluh MN, saat diwawancara Kupas Tuntas di rumahnya, Minggu (5/5).

Sementara itu, saat dimintai tanggapannya, salah satu petugas sokli di Kelurahan Gunung Terang yang enggan disebutkan namanya mengatakan, alasan dia dan enam petugas lainnya sering terlambat mengambil sampah di rumah warga dikarenakan sampah pada tempat penampungan sementara (TPS) di Gang Senen Kecamatan Langkapura selalu menumpuk.

"Sampah itu sehari hanya diangkut sekali saja sama sopir truck sampahnya dari sini (TPS Gang Senen) ke Tempat Pembuangan Akhir. Sistem sehari satu kecamatan itu harus selesai, sementara petugas sokli kan ada yang dua sampai tiga rit ngangkut sampah," ungkapnya.

"Ujung-ujungnya ya sampah hari ini dibuang besok, sampah yang besok dibuang besoknya lagi sama sopir trucknya. Yang harusnya dibuang tiap hari, tapi ini nggak, jadinya terbengkalai," tuturnya.

Dia mengatakan, berbagai alasan yang diucapkan oleh sopir truck sampah hingga tidak bisa mengangkut sampah secara langsung saat itu juga ketika sampah menumpuk di TPS.

"Alasan supirnya banyak hal. Kemarin alasannya pecah ban, gardannya jebol, banyak alasan gitu lah. Perbaikan itu minta sum-suman ke tukang sokli. Gak nentu kadang dia minta Rp 20 ribu, Rp 50 ribu, terserah dia. Sebulan bisa empat sampai lima kali sum-suman," keluhnya.

Dirinya bersama rekan petugas sokli yang lain sudah pernah melaporkan atas sikap sopir truk sampah tersebut kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebersihan setempat. Namun sayangnya tidak direspon dengan baik.

"Udah coba lapor ke UPT Kebersihan, tapi gak ada tanggapan, hanya menjawab iya saja. Dan ketika komplain kepada sopir truck sampah, kata dia bukan urusan saya, saya gak kerja pun tetap digaji," kata dia, seraya menirukan ucapan sang sopir. (Erik)

https://youtu.be/a9uHfIDZLRs

Editor :