• Kamis, 02 Mei 2024

Tukang Es Peduli Sampah

Selasa, 11 Juni 2019 - 15.51 WIB
179

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Suara azan Ashar berkumandang dari mushola yang ada di Taman Nasional Way Kambas (TNWK), pengunjung mulai berduyun meninggalkan lokasi wisata. Sampah plastik dari bekas makanan dan air mineral berserakan di setiap sudut lokasi wisata.

Terlihat seorang pria sepuh turun dari sepeda motor bututnya, yang membawa dagangan ice cream, turun dari sepeda motornya, lalu pria yang diketahui bernama Mufrodi alias Mbah buyut ini mengambil karung plastik yang sudah disiapkan di dalam bok sepeda motornya.

Pria berumur 51 tahun itu menyisir setiap sudut lokasi wisata untuk memungut sampah-sampah yang berserakan. "Saya selain menjual es keliling, juga sebagai penggerak komunitas pecinta alam mas", ujar pria satu cucu itu.

Selang beberapa menit kemudian, sepuluh remaja menghampiri Mbah buyut turut membantu memungut sampah-sampah yang ada di TNWK, para remaja tersebut merupakan binaan Mufrodi dalam komunitas Gerakan Pemuda Pecinta Alam (GPPA).

Mufrodi mengaku sudah delapan bulan membentuk komunitas pecinta sampah, yang menjadi motivasi dirinya peduli akan sampah yaitu, setiap dirinya berjualan es keliling di lokasi wisata seperti di TNWK selalu banyak sampah yang menumpuk dan sampah yang paling banyak ditemui berasal dari makanan ringan dan botol air mineral. "Padahal sudah ada tempat sampah yang disediakan dan tulisan larangan membuang sampah sembarangan", kata Mufrodi.

Sebagai pedagang es yang tentu es tersebut terbungkus dengan plastik yang merupakan sampah sehingga ayah tiga orang itu merasa peduli dan merasa dirinya salah satu penyebab timbulnya sampah. "Saya juga sebagai pedagang yang pasti meninggalkan sampah, maka saya peduli akan sampah", ujarnya.

Setiap sore selama libur lebaran, Mbah buyut dan anggota komunitasnya selalu membersihkan sampah-sampah, selama 3 jam sampah yang terkumpul mencapai 200-an karung ukuran 25 kilogram, sampah hasil pungutan itu di buang ke tempatnya dan dibakar agar tidak menumpuk. "Justru kita mengambil sampah yang masih baru, belum menimbulkan bau sampah, ini bukan aktivitas yang menjijikan, jadi tidak perlu malu dengan pengunjung" terang Mbah buyut. (Agus Susanto)

Editor :