• Sabtu, 27 April 2024

Impor Migas Tertinggi di Lampung Dibanding 2 Tahun Terakhir, Kadis ESDM: Perlu Inovasi Kemandirian Migas

Selasa, 25 Juni 2019 - 22.15 WIB
296

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung baru saja merilis perkembangan ekspor dan impor di Provinsi Lampung. Dari data BPS, jika sebelumnya tren perkembangan ekspor dan impor selalu fluktuatif yang masih terbilang wajar, artinya tidak ada penurunan atau kenaikan yang signifikan.

Namun berbeda pada rilis BPS kali ini tentang ekspor dan impor Provinsi Lampung untuk Mei 2019. Dilihat dari sisi impor, pertumbuhannya justru sangat meroket tajam hingga mencapai angka US$480,08 juta. Keadaan ini tentu merupakan rekor yang tertinggi sepanjang dua tahun terakhir yakni 2018 dan 2017.

Melihat kondisi tersebut, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Lampung, Yuda Setiawan menanggapi, salah satu komoditas penyokong terbesar peningkatan impor berasal dari minyak bumi dan gas (migas), tentu kedepan perlu adanya upaya untuk kemandirian migas di Lampung sendiri sehingga angka impor migas dapat ditekan.

"Sekarang kita coba merumuskan tentang energi baru terbarukan. Harus ada inovasi-inovasi seperti dari pengelolaan sampah. Harus lebih banyak alternatifnya karena yang sumber energi dari alam semakin hari semakin berkurang. Maka sekarang lebih green energi," ujar Yuda saat diwawancara di Hotel Swiss Bell, Selasa (25/6).

Dia menyadari, faktor meningkatnya impor pada migas dikarenakan memang kebutuhan industri di Lampung semakin signifikan. Bahkan Lampung yang kata dia juga penghasil migas sampai tidak mampu mencukupi untuk industri di daerah sendiri.

"Pemakaian energi dari waktu ke waktu kan peningkatannya cukup signifikan, maka harus semakin kreatif mencari sumber energi baru. Kita juga sebetulnya termasuk Provinsi penghasil migas, tapi kan belum bisa mencukupi industri daerah sendiri juga," katanya.

Seperti diketahui, komoditi migas merupakan yang terbesar dalam menyumbang nilai impor Provinsi Lampung. Pada Mei 2019, nilai impor migas mencapai US$389,59 juta.

Sementara dari sisi industri, Dinas Perdagangan Provinsi Lampung berjanji akan segera mencari solusi terkait permasalahan neraca perdagangan yang mengalami defisit parah pada Mei 2019.

Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Lampung, Satria Alam mengatakan, kondisi neraca perdagangan yang defisit ini dinilai karena beberapa faktor seperti adanya momen Pilpres, Pilgub, maupun Ramadhan dan Idul Fitri.

"Impor migas tak bisa dibendung lagi, karena hal itu memang salah satu kebutuhan strategis di Lampung. Memang banyak pelaku usaha menahan diri untuk melakukan ekspor. Di sisi lain, masa panen di Lampung juga sedikit bergeser di Juni ini sehingga nilai ekspor lebih rendah dari pada impor," papar Satria. (Erik)

Editor :