• Sabtu, 27 April 2024

Permintaan KPR Diprediksi Turun Hingga 12 Bulan Kedepan, Apa Penyebabnya?

Senin, 08 Juli 2019 - 18.14 WIB
37

Kupastuntas.co, Jakarta – Laju kredit pemilikan rumah (KPR) berpotensi terganjal pada paruh kedua tahun ini. Pasalnya, keinginan masyarakat untuk membeli rumah dalam 12 bulan mendatang diprediksikan akan menurun.

Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia yang dirilis pada Senin (8/7/2019), jumlah responden yang sangat mungkin membeli rumah dalam 12 bulan mendatang mulai per Juni turun dibandingkan dengan Mei, dari 7,5 persen menjadi 6,7 persen. Begitu juga dengan yang menyatakan kemungkinan membeli, turun dari 28,2 persen menjadi 28,2 persen pada periode yang sama.

Secara umum, survei tersebut menilai optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan melemah. Indeks ekspektasi konsumen (IEK) pada Mei sebesar 142,9 turun 4,8 basis poin (bps) pada Juni 2019 menjadi 138,1.

Hal itu disebabkan oleh penurunan ekspektasi terhadap penghasilan, ketersediaan tenaga kerja, dan utamanya kegiatan usaha pada 6 bulan mendatang. Secara spasial, melemahnya IEK terjadi pada 7 kota. Surabaya menjadi kota yang mengalami penurunan paling dalam, atau -16,5 bps. Kemudian diikuti oleh Bandung -10,1 bps dan Bandar Lampung -6,3 bps.

Diketahui, sejak kuartal I tahun 2019, pertumbuhan bisnis KPR sudah mulai melambat. Rendahnya permintaan membuat kredit kurang bergeliat. Data Analisis Uang Beredar Bank Indonesia per Maret 2019 menunjukkan bahwa kredit konsumsi tumbuh 8,90% secara tahunan. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang mencapai 9,60% secara tahunan.

Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan, penjualan properti memang terlihat menurun pada kuartal I/2019. Salah satu indikator perlambatan sektor properti bisa dilihat dari produk baru yang diluncurkan oleh pengembang yang berkurang pada kuartal I/2019. Secara historis, kondisi sektor properti yang memang sudah melambat sejak lima tahun terakhir.

“Oleh karena penjualan belum bagus, rata-rata pengembang fokus menjual produk existing daripada meluncurkan produk baru," katanya, belum lama ini.

Selain itu, indikator lainnya menurut Ferry adalah sudah kurang menariknya properti dijadikan sebagai produk investasi. Dengan ekspektasi return yang tidak terlalu tinggi, produk investasi dengan return tinggi akan lebih dilirik, misalnya saja produk dari sektor keuangan. (Bns)

 

Editor :