• Rabu, 24 April 2024

Made Mastari Warga Lamtim sang Pelukis Wayang di Atas Caping

Sabtu, 13 Juli 2019 - 14.50 WIB
960

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Made Mastari perempuan yang lahir 71 tahun silam, saat ini tinggal di Dusun Gunung Agung, Desa Brajaharjosari, Kecamatan Brajaluhur terlihat khusuk mengolah kuas di atas caping (capil tani). Tangannya yang mengeriput, dengan piawai menyoret-nyoret caping yang terbuat dari bambu. Perempuan berbakat seni itu, sedang membuat cerita Ramayana melalui lukisan di atas caping, Sabtu (13/7/2019).

Di bawah pohon Kamboja yang ada di pelataran rumahnya. Perempuan tiga anak itu, menikmati pekerjaan yang sedang dilakoni yakni, melukis tokoh-tokoh pewayangan yang dibuat menjadi sebuah cerita Ramayana tentu Made harus melukiskan di atas ratusan topi tani itu.

Selain tanaman-tanaman sejuk yang terawat, juga terdapat sanggar tari di halaman rumahnya. Berbagai jenis patung khas Bali menjadi pelengkap sekeliling rumahnya dan menggambarkan bahawa Made Mastari istri dari Mangku Wide sangat kental dengan dunia seni.

Wanita kelahiran Banjar Sanging, Bali. Menekuni seni lukis sejak di bangku Sekolah Dasar (SD), seperti yang dilakoninya saat ini, melukiskan berbagai tokoh pewayangan dalam cerita Ramayana, selain untuk melampiaskan hobinya juga bisa dijadikan pendapatan tambahan.

"Yang beli biasanya tamu-tamu dari jauh yang sengaja minep di rumah kami," ujar Made Mastari perempuan 71 tahun itu.

Lanjutnya, caping yang sudah dilukis dengan gambar tokoh pewayangan dihargai 100 ribu per caping (topi tani). Namun secara pemasarannya kurang ditekuni, atau perlu pembinaan soal pemasaran. Made hanya menunggu pengunjung yang sengaja menikmati daerah wisata desa karena rumah Made Mastari juga sebagai homestay. "Tamunya sering dari luar negeri, seperti dari Jepang, Australia bahkan dari Amerika juga pernah kesini," ujar Made.

Namun di balik kepiawaian sebagai seniman lukis, tentu bisa menjadi peningkatan ekonomi dan mempromosikan budaya Indonesia melalui seni.  Pemerintah Daerah Lampung Timur kurang memperhatikan masyarakatnya yang memiliki bakat luar biasa. Seperti yang dikatakan Made, dirinya belum pernah di datangi dari dinas pariwisata untuk membicarakan persoalan progres wisata untuk persoalan promosi. "Belum pernah dari pemerintah memberi arahan-arahan kepada kami, terutama soal pemasaran hasil lukisan saya", ujar Warga Dusun Gunung Agung tersebut. (Agus)

Editor :