• Rabu, 08 Mei 2024

Cerita Komandan Brigif 4 Marinir/BS : Jatuh Hati dengan Korps Marinir saat Pendidikan AAL

Senin, 05 Agustus 2019 - 12.44 WIB
4.1k

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - JALAN hidup memang tidak ada yang tahu. Bahkan untuk sesuatu yang tak pernah terpikirkan sebelumnya, bisa terwujud jika Tuhan membukakan jalan. seperti itu juga yang dialami oleh Komandan Brigade Infanteri (Brigif) 4 Marinir/BS, Kolonel Marinir Ahmad Fajar.

Kru Kupas Tuntas berkesempatan berkunjung ke ruang kerja Kolonel Marinir Ahmad Fajar, Jumat (2/8). Ia banyak berbagi pengalaman. Mulai dari awal kariernya di dunia militer hingga kiat-kiatnya dalam menjalankan tugas.

Kolonel Marinir Ahmad Fajar menjelaskan, ia tak pernah terpikirkan akan menjadi anggota Korps Marinir. Karena saat hendak mendaftar TNI, yang ada di benaknya hanyalah TNI AD.

Namun dahulu untuk daftar TNI/Polri berbeda dengan sekarang ini yang bisa langsung memilih, pengen daftar TNI AD, AL, AU atau Polri. Kalau dulu mendaftar hanya di satu tempat, yaitu AKABRI.

“Dulu kita daftarnya ke AKABRI, jadi tidak tahu akan masuk kemana. Yang menentukan itu berdasarkan tes psikologi. Pas saya dinyatakan lulus ditanya mau masuk kemana, saya jawab AD. Karena sepengetahuan saya tentara itu ya Angkatan Darat. Baru setelah masuk saya kaget, ternyata banyak,” kata dia.

Setelah penentuan kependidikan, ternyata Ahmad Fajar tidak masuk ke AD. Ia malah masuk ke pendidikan AL. Saat itu, ia pun sempat ‘galau’ karena menurutnya, menjadi angkatan laut akan pergi meninggalkan rumah dan berlayar dalam waktu yang cukup lama. Namun demikian, ia tetap mengikuti pendidikan.

“Saya memang hidup di lingkungan TNI AD, bapak saya juga AD. Makanya saya mikir jadi AL ini bakal lama-lama ninggalin rumah,” kata dia.

Namun saat menjalani pendidikan AL, justru disitu Ahmad Fajar menemukan satu motivasi baru. Ia bertemu dengan komandan kompi dari Korps Marinir. Dari sosok komandannya itulah, Ahmad mengetahui TNI AL juga punya pasukan tempur infanteri. Ia pun akhirnya ‘jatuh hati’ dengan Korps Baret Ungu ini.

“Komandan kompi saya banyak memberi motivasi. Kata dia, jadi Marinir itu semua pulau di Indonesia sudah diinjak. Bahkan kalau perang, Marinir yang selalu berada di depan. Mulai dari situlah saya berketad harus jadi Marinir,” kata Danbrigif.

Lalu setelah pendidikan di Magelang, mereka dikirim ke Akademi AL di Surabaya. Setelah naik tingkat 2, para calon perwira ini pun mulai dibagi jurusan. Saat itu ada beberapa jurusan di AL yang akan dipilih, mulai dari Korps Pelaut, Marinir, Teknik, Elektro, Administrasi dan cabang lainnya. Penentuan Korps itu diadakan di atas kapal perang yang ditumpangi para Taruna.

"Memang saya agak ngeyel harus jadi Marinir. Kami diminta mengisi angket, milih salah satu kemudian diurutkan. Jadi saya pilih nomor 1 Marinir, nomor 2 Marinir dan nomor 3 juga Marinir,” kata dia.

“Melihat pilihan itu, saya dimarahi, terus disuruh ganti. Tetapi Alhamdulilah, dari kengeyelan saya itu, waktu diumumkan akhirnya masuk Marinir,” ujar Danbrigif sambil tertawa.

Ia bahkan mengaku saat pertama kali mendaftar TNI hanya sekadar iseng-iseng. Ia bersama dengan satu orang rekannya yang kini juga sudah jadi perwira. Ia tidak ada persiapan khusus untuk bisa lolos seleksi calon perwira tersebut. Bahkan uniknya, ia mendaftar dan sampai lulus di tingkat daerah, tanpa sepengetahuan kedua orangtanya.

“Saya waktu itu hanya iseng saja, ingin bebas dan tidak ikut kegiatan pelajaran di sekolah. Waktu itu nggak ada persiapan khusus, bahkan awalnya orangtua tidak tahu. Begitu sudah masuk seleksi dari Jogjakarta mau ke Magelang baru saya kasih tahu.”

“Bapak saya marah-marah dia bilang ‘pendaftaran sudah tutup’. Terus saya sampein, ‘pak saya sudah daftar dan lulus pantukhir, besok mau berangkat’. Kagetlah orangtua saya, mereka tanya kok bisa lulus, itu surat-suratnya dari mana? Lalu kata saya sudah saya siapkan semua. Akhirnya bapak dan ibu saya kasih izin,” terangnya.

Ia pun mengaku sangat bersyukur, karena hanya sekali ikut seleksi langsung lulus. Menurutnya, itu semua karena Allah yang membukaan jalan.

“Alhamdulilah, mungkin juga karena setiap hari saya olahraga. Saya rutin main bola dan sepedaan, itu jadi modal saya untuk secara fisik kita mampu. Memang kami juga diajari soal-soal tes psikotes itu nanya-nanya sama kakak kelas. Saya juga didoakan orang tua, alhamdulilah sekali daftar langsung masuk,” tutupnya. (Tampan)

https://youtu.be/_inPvHMwB-4

Editor :