• Rabu, 09 Juli 2025

Atidzah, Balita Hidrosefalus di Tanggamus Butuh Uluran Tangan Dermawan

Sabtu, 24 Agustus 2019 - 13.04 WIB
88

Kupastuntas.co, Tanggamus - Atidzah, hanya bisa terbaring lemas. Hidrosefalus yang mendera membuat kondisinya memprihatinkan. Sesekali, sang ibu mengajaknya bermain. Mencoba berbicara kepada balita yang sudah berusia empat tahun ini. Kondisi Atidzah sangatlah menggugah hati nurani. Penyakit pembengkakan kepala (Hidrosefalus) sudah hampir menyamai ukuran tubuh mungilnya. Warga blok III Pekon Tekad, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten  Tanggamus, itu butuh uluran tangan dermawan untuk pengobatan. Atidzah divonis menderita penyakit penumpukan cairan d irongga otaknya ini sejak dalam kandungan. Dan sampai usianya empat tahun belum pernah ditangani medis. "Begitu dia lahir memang sudah begitu (kepalanya lebih besar), makanya waktu itu dilahirkan sesar katanya biar tidak makin parah,"ujar Sulaiman, kakek dari Atizah, dirimahnya, Sabtu (24/8/2019). Menurut Sulaiman yang tinggal di Blok III Pekon Tekad, Kecamatan Pulau Panggung ini, saat Atidzah belum genap setahun, pernah akan dioperasi di RSUD Abdoel Moeloek, Bandar Lampung, dan pihak rumah sakit memasukkan Atidzah dalam inkubator. Setelah 20 hari, operasi belum juga dilakukan. Pihak keluarga mulai gelisah karena harus menanggung hidup menjaganya selama di rumah sakit. Akhirnya berdasarkan putusan keluarga besar, Atidzah dibawa pulang. "Waktu itu juga pertimbangan kami, anak ini masih kecil, berat rasanya kalau harus dioperasi. Akhirnya dibawa pulang dan sampai sekarang tidak pernah lagi periksa ke rumah sakit," ujar Sulaiman. Ia mengaku, pengobatan hanya dilakukan secara alternatif. Namun keluarga mengakui hasilnya tidak dapat menyembuhkan Atidzah dari penyakit tersebut. Untuk saat ini, sebenarnya keluarga berharap ada kesempatan pertolongan lagi kepada putri dari Dini, atau ibunya yang berstatus janda. Sebab usaha yang selama ini ditempuh tidak membuahkan hasil. "Dari puskesmas sudah pernah melihat dan bilang, ini bisa disembuhkan," terang Sulaiman. Ia mengaku untuk saat ini, dirinya memang berharap untuk penanganan medis. Namun untuk itu perlu dana dan juga pengaktifan kembali BPJS yang sudah non aktif sekitar tiga tahun lalu. "Waktu itu tidak bayar BPJS lagi karena berat bayarnya. Sebab keperluan Atizah juga banyak seperti susu, pempers, makannya. Sedangkan dalam BPJS ada enam orang, satu keluarga, bayar tiap bulan, tidak boleh satu orang saja," terang Sulaiman. Ia mengaku, selama ini bekerja sebagai petani kebun dengan hasil tahunan, lalu membuka warung, dan sebagai tukang ojek. Pendapatan itu hanya bisa untuk keperluan hidup, keperluan Atizah. "Kalau bisa minta bantuan pemerintah gitu, biar bisa operasi. Pokoknya bagaimana usahanya, untuk hasilnya nanti bagaimana kami iklas, yang penting usaha sudah dilakukan," terang Sulaiman. (Sayuti)
Editor :