• Jumat, 26 April 2024

Sapu Lidi Jadi Tumpuan Hidup Nenek Painah

Kamis, 29 Agustus 2019 - 11.03 WIB
327

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Panas menyengat, waktu menunjukan pukul 10.20 WIB. Terlihat Nenek painah, sesosok perempuan sepuh yang menapakan kakinya perlahan di bawah terik matahari. Butir-butir keringat membasahi wajahnya yang sudah mengeriput, pandangan sayupnya penuh doa mengharap rezeki.

Setapak demi setapak langkah kaki renta itu menelusuri setiap rumah. Tubuh yang sudah sedikit membungkuk karena usia hanya menyisakan sedikit tenaga di usia 70 tahunnya.

Selendang merah sedikit menutupi rambut putihnya, juga menjadi pelindung dari panasnya sengatan matahari. Sesekali ujung selendang diusapkan di muka, membersihkan butir-butir keringat yang ada di wajahnya.

Suara renta "sapu.... sapu" terus keluar dari mulutnya. Nenek sepuh itu mengais rejeki untuk bertahan hidup. Menjual sapu lidi yang dihargai Rp10 ribu perikat.

Tangan kiri membawa 8 ikat sapu lidi, sementara tangan kanan memegang satu ikat yang selalu dijajakan di setiap rumah yang ia singgahi.

"Mbak, sapu 10 ribu, sapu mbak masih banyak ini," tawar nenek.

Terlihat semangat di mata nenek Painah yang tinggal di Desa Brajaharjosari, Kecamatan Brajaselebah, Lampung Timur ini.

"Saya tinggal di Brajaharjosari, saya jual keliling ke rumah rumah," terang Painah dengan logat Jawanya.

Tidak jarang, sapu lidi jualannya tidak laku sama sekali. (Agus)

Caption foto: Nenek 70 tahun lebih, itu masih semangat memanfaatkan sisa sisa tenaga di usia renta, keliling menjual sapu lidi (Agus Susanto)

Editor :