• Kamis, 25 April 2024

Ribuan Titik Panas 'Kepung' Pulau Sumatera, di Lampung 42 Titik

Rabu, 11 September 2019 - 11.07 WIB
45

Kupastuntas, Bandar Lampung – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi ada sebanyak 1.211 titik panas atau hotspot mengepung wilayah Sumatera, Rabu (11/9/2019) pagi. Titik panas ini menjadi indikasi awal terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, pada pukul 06.00 WIB satelit Terra Aqua mendeteksi daerah paling banyak titik panas adalah Provinsi Jambi dengan 496 titik, Sumatera Selatan 305 titik, dan Provinsi Riau 258 titik.

Kemudian 77 titik panas di Provinsi Bangka Belitung, Lampung 42 titik, Sumatera Barat dan Kepulauan Riau masing-masing 11 titik, Sumatera Utara 10 titik, dan Bengkulu satu titik panas.

Dibandingkan sehari sebelumnya, Selasa (10/9/2019), jumlah hotspot di Sumatera meningkat dua kali lipat. Yaitu sebelumnya hanya terdapat 598 titik panas. Untuk itu, BMKG memberikan peringatan dini kepada masyarakat untuk waspada terhadap penurunan kualitas udara dan jarak pandang akibat peningkatan polusi udara yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan.

Titik-titik panas ini menjadi perhatian serius mengingat menjadi indikasi awal terjadinya karhutla yang memiliki dampak domino terhadap masyarakat. Di Riau sendiri misalnya, asap Karhutla hingga kini masih menyelimuti Kota Pekanbaru dan mengakibatkan kualitas udara menurun ke status tidak sehat.

Kepala seksi data dan informasi BMKG Masgar Lampung Rudi Harianto menjelaskan, saat ini seluruh wilayah Lampung memasuki puncak musim kemarau.

“Kepada masyarakat agar lebih waspada terhadap bahaya kebakaran hutan dan lahan yang disebabkan faktor kesengajaan dan fakor alam," jelasnya.

Dia menambahkan, diperkirakan Lampung memasuki musim pancaroba pada awal November. Perlalihan musim dari kemarau ke musim penghujan. Untuk musim penghujan diperkirakan pada Minggu kedua November 2019.

“Untuk saat ini yang perlu diwaspadai adalah bahaya kebakaran baik dari faktor manusia maupun faktor alam, seperti gesekan antar kayu secara yang terus me nerus karena hembusan angin juga bisa terjadi percikan api dan dapat menyebabkan terjadinya kebakaran," ujarnya. (Cnn/Rls)

Editor :