• Jumat, 29 Maret 2024

Cegah Paham Radikal, Aparatur Kelurahan dan Desa Harus Aktif Menangkal Berita Hoax

Kamis, 26 September 2019 - 17.38 WIB
76

Kupastuntas.co, Lampung Selatan – Aparat kelurahan dan desa diminta ikut aktif menangkal berita bohong yang berseliweran terutama dari media sosial. Hal ini dilakukan untuk mencegah pengaruh paham radikal dan terorisme di tengah lingkungan masyarakat.

“Aparatur Kelurahan dan Desa perlu mendapatkan pembelajaran untuk mencegah penyebarluasan berita bohong, ujaran kebencian, dan informasi bersifat negatif. Sehingga dapat menangkal bakal paham radikal terorisme karena bersentuhan langsung dengan masyarakat," ujar Asisten Pemerintahan dan Kesra Pemprov Lampung, Irwan Sihar Marpaung.

Irwan mengatakan sosial media bukanlah hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Bukan hanya golongan remaja saja sebagai pengguna sosial media, merambah ke usia anak-anak dan orang tua.

“Hari ini kita lihat banyak pihak-pihak yang memanfaatkan sosial media untuk sarana melancarkan aksi-aksi propaganda, fitnah, termasuk terorisme," kata Irwan saat acara Rembuk Aparatur Kelurahan dan Desa Tentang Literasi Informasi, di Hotel Radin Inten Syariah, Natar, Kamis (26/9/2019).

Menghadapi hal tersebut, Mantan Komandan Korem 043/Gatam ini mengatakan perlu adanya proses pembelajaran ke masyarakat untuk bisa memanfaatkan berbagai platform media secara baik. Agar pemanfaatannya tidak menjadi sarana penyebarluasan paham radikal terorisme.

“Program kontra radikalisasi yakni melibatkan seluruh komponen bangsa dalam menangkal pengaruh paham radikal dan terorisme di tengah lingkungan masyarakat harus terus dilakukan, salah satunya melalui kegiatan ini," ujarnya.

Irwan berharap kapada aparatur Desa dan Kelurahan dapat menerapkan pengetahuan yang didapat, khususnya dalam bidang literasi ditengah masyarakat, dalam menciptakan situasi dan kondisi kondusif di Provinsi Lampung.

Sementara, Kasi Partisipasi Masyarakat BNPT Pusat, Letkol Laut Setyo Pranowo mengatakan salah satu penyebab tingginya potensi radikalisme dan terorisme belakangan ini adalah faktor kemajuan teknologi yang tidak dibarengi dengan literasi bagi masyarakat.

“Sehingga masyarakat dengan mudah membagikan informasi yang didapatnya tanpa melakukan penyaringan dan telaah. Apabila hal ini tidak diantisipasi bisa ditunggangi oleh pelaku terorisme untuk ikut menyebarluaskan apa yang mereka yakini benar," katanya.

Setyo menyebutkan proses penanggulangan terorisme tidak bisa dilaksanakan hanya oleh aparat keamanan semata, dibutuhkan sinergi yang sangat kuat oleh aparatur keamanan dengan masyarakat.

“Dalam konteks inilah keterlibatan aparatur kelurahan dan desa beserta Babinsa dan Bhabinkamtibmas. Mendorong aparatur kelurahan dan desa untuk dapat memahami apa dan bagaimana bahaya terorisme menjadi ancaman nyata. Mengetahui bagaimana melaksanakan pencegahannya dan menyebarluaskan pengetahuan tersebut pada masyarakat," katanya. (Rls)

Editor :

Berita Lainnya

-->